Kamis, 18 Oktober 2018

Sinergitas Pembelajaran Kelas Nyata dan Kelas Maya


Saat ini, sebagian besar proses pembelajaran yang berlangsung di berbagai lembaga pendidikan dilakukan di ruang kelas dan berlangsung secara tatap muka, biasanya dikenal dengan nama kelas nyata. Menurut penulis, kelas nyata adalah suatu kondisi proses pembelajaran antara guru dan peserta didik yang berlangsung secara tatap muka. Guru bisa berinteraksi secara fisik dengan peserta didik, demikian juga sebaliknya. Aktivitas yang berlangsung di dalam kelas nyata menuntut keaktifan guru dan peserta didik yang sangat dinamis.
Kelas nyata ini mempunyai kelebihan, yaitu (1) efisien, (2) tidak mahal, karena hanya menggunakan sedikit bahan ajar, dan (3) mudah disesuaikan dengan keadaan peserta didik. Namun juga ada kelemahannya, yaitu (1) kurang memperhatikan bakat dan minat peserta didik, (2) berpusat pada guru, (3) sulit digunakan dalam kelompok yang heterogen, dan (4) gaya mengajar yang sering berubah atau perbedaan gaya mengajar antar guru dapat membuat pembelajaran tidak konsisten.
Di sisi lain, perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sangat pesat, membuat para guru dan peserta didik harus bisa mengambil manfaatnya. Jangan sampai kemajuan pesat TIK ini, hanya dijadikan oleh sebagian besar guru dan peserta didik untuk bersosial media saja atau bermain game saja. Setiap guru dan peserta didik harus siap sedia untuk menerapkannya di dalam proses pembelajaran. Bagaimana solusinya?
Diantara solusi itu, para guru dan peserta didik bisa memanfaatkan portal “Rumah Belajar”?. Rumah Belajar merupakan sebuah web pembelajaran yang dikembangkan oleh Kemendikbud sejak tahun 2011, dengan alamat: http://belajar.kemdikbud.go.id.  Web ini dapat dimanfaatkan seluas-luasnya oleh guru, peserta didik dan atau anggota masyarakat lainnya untuk belajar. Portal Rumah belajar terdiri dari 8 fitur utama yaitu Sumber Belajar, BSE (Buku Sekolah Elektronik), Bank Soal, Laboratorium Maya, Peta Budaya, Wahana Jelajah Angkasa, PKB (Pengembangan Keprofesian berkelanjutan)/Diklat Online, Kelas Maya, serta 3 fitur tambahan yaitu: Karya Komunitas, Karya Guru dan Karya Bahasa Sastra.
Sebagai salah satu tugas dan kewajiban Calon Duta Rumah Belajar tahun 2018 tingkat provinsi Jawa Timur (CDRB2018Jatim), penulis akan mensosialisasikan salah satu fitur rumah belajar yang bisa digunakan, yaitu fitur kelas maya. Hal ini dilakukan untuk peningkatan profesionalitas guru melalui keterampilan mengembangkan bahan ajar dan ujian berbasis TIK pada proses pembelajaran di kelas, serta optimalisasi penggunaan perangkat elektronik dan fasilitas jaringan internet di sekolah.
Kelas maya sering juga disebut sebagai virtual class atau kelas virtual. Kelas maya merupakan sistem pembelajaran online antara guru dengan peserta didik, yang dapat dilakukan di luar jam sekolah, kapan saja, dan dimana saja.
Kelas maya ini mempunyai kelebihan, yaitu (1) guru dan peserta didik dapat berkomunikasi, sepanjang terhubung dengan internet, (2) pembelajaran berpusat pada peserta didik, sehingga peserta didik harus aktif dalam pembelajaran, (3) tidak terbatas pada jumlah peserta didik dan ukuran kelas, (3) penilaian dapat dilakukan dengan metode yang lebih bervariasi, dan (4) orang tua/wali murid bisa memonitor perkembangan hasil pembelajaran anaknya.
Namun kelas maya ini juga mempunyai kelemahan, yaitu (1) realtif mahal, karena diperlukan jaringan internet, komputer, laptop, tablet atau gadget untuk mengakses kelas maya, (2) jaringan internet tidak stabil, tidak semua wilayah mempunyai jaringan internet yang kuat, dan (3) tidak semua guru dan peserta didik mempunyai kemampuan yang sama dalam penggunaan TIK.
Kelas maya di Rumah Belajar merupakan sebuah learning management system (LMS) yang dikembangkan khusus untuk memfasilitasi terjadinya pembelajaran dalam jaringan (online) antara peserta didik dan guru kapan saja, di mana saja. Pada waktu tertentu yang terjadwal oleh guru, peserta didik dapat mengikuti pembelajaran virtual dengan pendidik melalui alat komunikasi synkronous (chat, video conference, audio conference, desktop sharing, whiteboard).
Strategi pembelajaran di Kelas Maya lebih bersifat konstruktivistik yang menuntut pembelajaran aktif dan berpusat pada peserta didik sehingga mendorong keterampilan peserta didik Pembelajaran kelas maya ini menggunakan teknologi pembelajaran (Rumah Belajar) untuk merancang, menyampaikan, dan mengatur pembelajaran formal dan informal serta berbagi pengetahuan, sehingga model pembelajaran kelas maya ini dirancang sebagai pelengkap kegiatan pembelajaran di kelas dengan lebih banyak pada aktivitas synkronous berdasarkan fasilitas TIK yang tersedia di sekolah.
Komponen pendukung pembelajaran kelas maya yaitu: (1) Konten untuk pembelajaran, berhubung pembelajaran dilakukan tanpa tatap muka, jadi pendidik harus memberikan materi (konten) untuk peserta didik, (2) Perangkat keras (hardware), berupa komputer, laptop, tablet, maupun smartphone, (3) Perangkat lunak (software), seperti LMS, dll, (4) Strategi komunikasi, menyangkut bagaimana peserta didik mengikuti pembelajaran, mengerjakan tugas, dan mengikuti ujian, (5) Jaringan internet, kelas maya tidak bisa berjalan tanpa internet. Jadi ketersediaan internet adalah wajib.
Implementasi pemanfaatan TIK dalam pembelajaran melibatkan pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah, guru, peserta didik, admin (operator) dan orang tua. Sekolah sebagai penyelenggara kelas maya, sehingga sekolah melalui kepala sekolah membuat kebijakan untuk membuka kelas maya, mengatur, merencanakan, dan melaksanakan pembelajaran melalui kelas maya.
Pendidik sebagai pengelola kelas maya memiliki peran dalam keberhasilan pelaksanaan kelas maya. Hal ini terkait tugas-tugas yang harus dilakukan pendidik dalam merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran melalui kelas maya.
Peserta didik sebagai peserta kelas maya mendapatkan fasilitas pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu materi. Peserta kelas maya dituntut kemandirian dan kesungguhan dalam mengikuti kelas maya ini.
Administrator memiliki hak akses dalam mengelola keseluruhan sistem diantaranya mengelola master data sistem (mata pelajaran, kelas, statistik), mengelola akses seluruh pengguna sistem (penyelenggara, guru, peserta didik), mengatur pengelolaan seluruh kelas, monitoring seluruh aktivitas sistem pembelajaran, monitoring seluruh aktivitas pengguna sistem. Administrator dari Pustekkom dan sekolah.
Untuk mensinergikan antara kelas nyata dan kelas maya, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan, yaitu (1) Guru harus punya akun di portal rumah belajar, Kemdikbud, (2) Guru harus menghubungi admin portal rumah belajar agar dibuatkan akun kelas maya (baik sebagai penyelenggara, guru, maupun peserta didik), (3) Jika guru sudah mendapat akun dari admin portal rumah belajar, baik sebagai sekolah penyelenggara maupun guru. Maka akun kelas maya sudah siap digunakan oleh sekolah dan guru, (4) saat berlangsung pembelajaran di kelas nyata, guru dan peserta didik bisa mendaftar secara bersama-sama ( sebagai guru dan peserta didik), (5) Guru dan peserta didik sudah punya akun masing-masing, dan (6) selesai.
Selanjutnya guru berinteraksi di dalam kelas maya dengan para peserta didik. Agar lebih baik lagi interaksinya, guru bisa menambahkan beberapa komponen yang ada di dalam kelas maya, yaitu (1) konten atau isi kelas maya (tujuan belajar, deskripsi, jumlah kegiatan belajar, jumlah dan kreativitas media belajar), (2) aktivitas kelas (diskusi, kuis/tugas, ujian), dan (3) jumlah kelas maya yang aktif (ada guru, peserta didik dan materi)
Jika langkah-langkah singkat di atas bisa diterapkan oleh guru dan peserta didik, maka sinergitas kelas nyata dan kelas maya bisa berlangsung secara baik. Akhirnya, mutu dan proses pembelajaran bisa berlangsung lebih baik lagi. Aamiin ....





Sabtu, 13 Oktober 2018

Sepakat Tidak Bersuara


“Assalamulaikum Wr. Wr”.
“Pagi ini, bapak akan menjelaskan tentang Lembar Kerja Siswa (LKS) Konsep Sistem Reproduksi Pada Manusia yang telah kalian kerjakan,”
“Apakah ada yang masih belum mengerjakan LKS sama sekali,”  tanya gurunya
“Ndak ada Pak,” kata muridnya
“Baiklah, sebelum bapak menjelaskan, kita akan membuat kesepakatan terlebih dulu,”
“Kesepakatan apa Pak,” taya muridnya
“Sepakat tidak bersuara,” jawab gurunya
“Maksudnya, Pak,” tanya muridnya lagi
“Begini, saat bapak menjelaskan konsep yang ada dalam LKS, apakah penjelasan bapak benar atau salah, menarik atau tidak menarik, lucu atau tidak lucu, kalian semua tidak perlu bersuara atau diam”,”
“Sepakat atau tidak,” tegas gurunya
“Kalau ada konsep yang belum jelas, bagaimana Pak,” tanya siswanya
“Nanti ada waktu khusus untuk bertanya,” jawab gurunya
“Iya, bapak,” kata siswanya
“Jika begitu, kami sepakat, bapak,” jawaban siswa lebih tegas lagi
“OK, kita sepakat,” komentar gurunya

###########

Agar suaranya bisa didengarkan secara jelas oleh semua siswa. Maka guru itu menyuruh siswanya untuk memindahkan meja guru yang terletak di pojok depan kelas. Sesaat kemudian suasana kelas pun berubah menjadi sunyi dan senyap, tidak ada suara yang terdengar. Selanjutnya hanya suara guru itu yang  terdengar memenuhi ruangan kelas. Tanpa mengenal lelah, guru itu terus menjelaskan tentang konsep sistem reproduksi pada manusia. Semua siswa mendengarkan penjelasan gurunya tanpa suara. Mereka fokus kepada konsep sistem reproduksi pada manusia yang dijelaskan oleh gurunya. Tanpa terasa, waktu 2 (dua) jam pelajaran berjalan singkat. Nampaknya penjelasan yang disampaikan oleh guru tertanam dan membekas di hati dan pikiran siswa.
“Baiklah anak-anak,”
“Penjelasan dari bapak tentang konsep sistem reproduksipada manusia telah selesai, Ada pertanyaan?” kata gurunya
“Belum ada Pak,” kata muridnya
###########



Jumat, 12 Oktober 2018

Rabu, 10 Oktober 2018

Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Kantin “3S-ToMaT”


Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebaikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai kebaikan pada diri peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai-nilai karakter sebagai watak dirinya, dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, produktif dan kreatif. Penguatan pendidikan karakter adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan, menguatkan, dan menerapkan berbagai nilai kabaikan melalui proses pendidikan yang berlangsung di berbagai lembaga pendidikan.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan, setiap sekolah pasti mempunyai program penguatan pendidikan karakter yang berbeda-beda. Namun tujuannya tetap sama, yaitu memperbaiki, meningkatkan, dan menguatkan pendidikan karakter bagi seluruh warga sekolah (guru, tenaga kependidikan dan peserta didiknya).
Sekolah kami juga melakukan penguatan pendidikan karakter melalui kantin “3S-ToMaT”. Ini bukan kantin yang biasa anda bayangkan, bukan pula makanan atau minuman yang dijual. Namun kantin “3S-ToMaT” adalah istilah yang dibuat khusus oleh pihak sekolah untuk menarik perhatian guru, tenaga kependidikan dan peserta didik.
Kantin “3S-ToMaT” adalah sebuah kantin khusus yang merupakan singkatan dari Senyum, Sapa, Salam, Tolong, Maaf, dan Terima Kasih. Ini artinya, semua warga sekolah harus melakukan sikap, perbuatan dan tingkah laku seperti yang diinginkan di atas.
Berbagai macam sikap, perbuatan, dan tingkah laku yang terdapat pada  kantin “3S-ToMaT di atas dilakukan melalui 2 macam prinsip, yaitu (1) pembiasaan, dan (2) keteladanan. Hal ini diperlukan agar peserta didik mampu memahami, merasakan, dan sekaligus mengerjakan nilai-nilai kebaikan. Pembiasaan dapat menumbuhkan kekuatan pada diri peserta didik untuk melakukan aktivitas tanpa paksaan. Namun demikian, pada situasi tertentu strategi pembiasaan melalui cara “paksaan” dapat dibenarkan. Hal ini karena suatu perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, lama kelamaan tidak terasa sebagai paksaan. Selanjutnya akan menjadi kebiasaan yang mengakar dalam jiwa peserta didik, sehingga menjadi sifat baik yang mendorong lahirnya akhlak atau karakter yang baik pula.
Adapun prinsip keteladanan efektif dilakukan karena fitrah manusia yang  lebih kuat dipengaruhi dari melihat contoh di sekitarnya. Ini menunjukkan bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan untuk belajar melalui peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang-orang di sekitarnya. Nilai-nilai kebaikan tidak dapat dibentuk hanya melalui instruksi, ucapan serta anjuran semata, tetapi diperlukan langkah pemberian contoh teladan yang nyata dari guru, peserta didik sendiri, dan tenaga kependidikan, serta lingkungan sekitarnya.
Penguatan pendidikan karakter melalui kantin “3S-ToMaT” ini dimulai sejak peserta didik mulai memasuki pintu gerbang sekolah. Setiap hari, para guru (1- 5 orang) secara bergantian menunggu peserta didik yang datang ke sekolah. Setiap guru wajib untuk senyum dan menyapa kepada para peserta didik. Begitu pun sebaliknya, para peserta didik harus senyum, menyapa, memberi salam, dan mencium tangan gurunya. Interaksi ini akan membuat ikatan kontak batin yang begitu kuat antara guru dan peserta didik, melatih kedisiplinan guru dan peserta didik, dan melatih keikhlasan guru dan peserta didik. Ini artinya 3S, Senyum, Sapa, dan Salam sudah dimulai di awal masuk sekolah.
Senyum terbukti dapat mengurangi stres dan menambah kawan. Ketika senyum, otot wajah yang dibutuhkan untuk berkontraksi dan berelaksasi ternyata lebih sedikit dibandingkan saat cemberut, yaitu sekitar 17 otot wajah saat tersenyum, dan 43 otot wajah saat cemberut.
Sapa merupakan sebuah penghormatan kita terhadap orang lain. Ketika orang lain kita sapa, mereka merasa dihormati. Sebaliknya, orang lain juga akan menghormati kita, ini berarti sapa akan membawa nilai kebaikan.
Salam terbukti dapat membuat orang lain saling menyayangi. Ketika kita memberikan salam kepada orang lain, maka orang lain akan merasa senang dan merasa diperhatikan.
Saat berada di lingkungan sekolah. maka dilanjutkan pada Tomatnya. Artinya dalam segala kegiatan atau aktivitas di sekolah, baik di luar kelas, dalam kelas, ruang guru,  maupun ruang TU. Setiap warga sekolah tidak lupa untuk mengucapkan kata Tolong, Maaf, dan Terima kasih. Kata Tolong dilakukan, jika ingin meminta orang lain untuk melakukan apa yang kita inginkan. Kata Maaf dilakukan, jika ingin berbuat sesuatu yang tidak menyinggung perasaan orang lain. Kata Terima kasih dilakukan, jika sudah ditolong atau dibantu oleh orang lain.
Ketika memohon bantuan kepada orang lain, ucapkan kata tolong. Ketika melakukan kesalahan kepada orang lain, ucapkan kata maaf, dan ketika dibantu oleh orang lain, ucapkan terima kasih. Orang yang terbiasa mengucapkan ketiga kata tersebut adalah orang-orang yang memiliki kepribadian, akhlak dan karakter yang baik. Kata tolong, maaf, dan terima kasih memiliki kekuatan yang luar biasa dalam merekatkan tali silaturrahim dan ikatan persaudaraan, mendekatkan hubungan yang renggang, mencairkan kekakuan komunikasi, bahkan meredakan sebuah persengketaan.
Berbagai macam nilai-nilai kebaikan di atas, akan terus dilakukan oleh seluruh warga sekolah (guru, tenaga kependidikan dan peserta didiknya) selama berada di lingkungan sekolah. Jika hal itu berlangsung secara konsisten, lama, dan berkelanjutan, maka keberhasilan penguatan pendidikan karakter di sekolah kami, Insya Allah akan berhasil. Aamiin ….




Senin, 01 Oktober 2018

Minggu, 30 September 2018

Peranan Dunia Tumbuhan dalam Kehidupan

Di dalam kehidupan, tumbuhan banyak memainkan peranan penting. Sebagai organisme fotosintesis tumbuhan merupakan pemasok oksigen ke lingkungan dan sumber makanan bagi organisme heterotof. Karenanya di dalam rantai makanan, tumbuhan disebut sebagai produsen. Tumbuhan juga merupakan penyusun utama ekosistem, terutama ekosistem hutan. Dalam hal ini tumbuhan merupakan tempat tinggal atau habitat berbagai jenis satwa. Bahkan berbagai jenis satwa tertentu memiliki habitat spesifik pada kanopi pepohonan, contohnya adalah berbagai jenis burung dan berbagai jenis primata arboreal
Selain itu, setiap jenis tumbuhan (lumut, paku, dan tumbuhan berbiji) mempunyai peran tertentu yang khas. Secara sekilas, mungkin kalian melihat tumbuhan lumut tidak mempunyai manfaat bagi kehidupan. Namun, ternyata lumut banyak berperan penting di dalam ekosistem. Di ekosistem hutan hujan tropis, lumut berperan penting dalam meningkatkan kemampuan hutan menahan air (water holding capacity). Selain itu, lumut juga merupakan habitat penting bagi organisme lain, terutama populasi hewan invertebrata. Beberapa jenis anggrek, misalnya, tidak akan dapat bertahan andaikan tidak ada lumut yang sehat. Bahkan lumut juga merupakan media yang baik bagi perkecambahan biji tumbuhan tingkat tinggi.
Selain itu, ada spesies tertentu pada tumbuhan lumut yang dapat dimanfaatkan oleh manusia/penduduk. Misalnya saja, Marchantia polymorpa, yang digunakan untuk mengobati sakit hepatitis (radang hati). Sphagnum sp. dapat digunakan sebagai pembalut atau pengganti kapas. Selain itu, tumbuhan lumut juga merupakan bioindikator pencemaran lingkungan. Bahkan berbagai jenis lumut tertentu bisa menunjukkan adanya kandungan bahan tambang, misalnya spesies lumut yang hidup di permukaan batuan yang mengandung biji besi.
Selain lumut, tumbuhan paku yang mungkin dianggap kurang bermanfaat,
ternyata banyak banyak berperan dalam kehidupan kita. Contohnya, semanggi (Marsellia crenata) dapat dimanfaatkan untuk dijadikan sayuran. Paku rane (Selaginella wildenowi) dapat difungsikan sebagai obat penyembuh luka. Dryopteris filixmas juga mempunyai fungsi yang sama yakni sebagai bahan penghasil obat-obatan. Dalam bidang pertanian, Azolla pinata dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau tanaman padi di sawah. Ini dapat dilakukan karena tumbuhan tersebut dapat bersimbiosis dengan tanaman algae biru, dan mampu mefi ksasi atau menambat N2 di dalam tanah. Akibatnya, tanah bisa menjadi subur.
Selain itu, tumbuhan paku juga merupakan tanaman ornamen taman yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sebagai tanaman hias tumbuhan paku dapat dijual dengan harga yang tinggi. Jenis tumbuhan paku yang bisa dimanfaatkan sebagai tanaman hias antara lain paku sarang burung (Asplenium nidus), paku ekor merak (Adiantum farleyense), paku suplir (Adiantum concatum), dan paku tanduk rusa (Platycerum bifurentum).
Setelah lumut dan paku, tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan manusia adalah kelompok tumbuhan berbiji. Tumbuhan berbiji yang berupa pohon bisa menjadi tumbuhan perindang, misalnya beringin (Ficus benjamina), jati, mahoni, dan akasia. Selain itu, bisa juga sebagai bahan obat-obatan. Obat kencing batu bisa diambil dari bunga matahari, Diabetes mellitus dan diare bisa diatasi dengan buah apel. Sebagai minuman penghangat badan, kita sering memanfaatkan jahe dan temu lawak (golongan Zingiberaceae), dan kayu putih (Eucalyptus sp.). Dan sebagai obat sakit malaria kita menggunakan kina (Cinchona succirubra).
Tumbuhan berbiji merupakan sumber bahan pangan. Beberapa tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan pangan, baik sebagai sayur atau makanan pokok. Sumber protein misalnya kacang, kedelai. Sumber vitamin misalnya wortel, tomat, buah-buahan, dan kacang-kacangan. Sumber karbohidrat misalnya kentang, ketela pohon, ubi, padi, jagung, gandum, dan sagu. Di Indonesia bagian timur (Papua dan Maluku), masyarakatnya menggunakan sagu sebagai makanan pokok (sumber karbohidrat). Sumber lemak misalnya kelapa (Cocos nucifua), kelapa sawit (Elaeis guinensis), dan kacang tanah (Arachys hipogaea). Serta sumber serat misalnya buah-buahan dan tumbuhan hijau.
Bahan Sandang juga bisa diperoleh dari tumbuhan berbiji, contohnya kapas (Gossypium sp.) dan rami. Selain itu, keindahan berbagai jenis bunga dan tanaman berbiji lainnya merupakan aset tanaman hias, contohnya kamboja, beringin, palem, dan anggrek. Sedangkan di bidang industri, berbagai jenis tumbuhan berbiji merupakan bahan bakunya mulai dari bumbu dapur sampai mebeler. Sebagai bumbu dapur, contohnya bawang merah, bawang putih, kencur, kunyit, laos, dan cabe. Sebagai bahan makanan dan minuman misalnya kwaci, contohnya biji bunga matahari (Helianthus annus), minuman keras, contohnya dari Juniperus
communis. Selain itu, emping juga merupakan contoh makanan olahan dari melinjo (Gnetum gnemon). Selain itu gula pasir dan gula jawa juga berasal dari tumbuhan berbiji, yatiu tebu (Saccharum officinarum) dan kelapa (Cocos nucifera). Kopi dan teh yang sering kita minum juga berasal dari tumbuhan berbiji yaitu Coff ea sp. dan Camellia sp.
Di bidang bahan bangunan atau ukiran berbagai jenis pohon dengan kualitas yang bagus merupakan bahan baku pembuatan bangunan dan ukiran. Contohnya adalah Taxus baccata (Gymnospermae), damar (Agathis alba), mahoni, Podocapus imbricata, Pinus silvetris, dan jati.






Tumbuhan Berbiji

Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta)
1. Ciri Umum Spermatophyta
Tumbuhan berbiji mempunyai generasi sporofit lebih kompleks dibanding lumut dan paku. Alat perkembangbiakan terdapat pada organ bunga (kumpulan sporofil) atau berupa strobilus. Sementara itu, kumpulan sporofil pada tumbuhan paku belum membentuk bunga. Sel kelamin (gamet) jantan terdapat dalam serbuk sari dan gamet betina terdapat pada kantong embrio. Proses penggabungan sel gamet jantan (sperma) dan sel gamet betina (sel telur) terjadi melalui buluh serbuk sari. Oleh karena itu, Spermatophyta disebut juga Embryophyta Siphonogama.
Tumbuhan berbiji sudah dapat dibedakan secara jelas menjadi akar, batang, dan daun. Tubuhnya bersifat multiseluler (tersusun oleh banyak sel) dengan ukuran tubuhnya besar atau makroskopis dan mempunyai ketinggian bervariasi. Tumbuhan berbiji memiliki jaringan pembuluh yang bervariasi dan terdiri dari floem, berfungsi untuk mengangkut bahan makanan yang berasal dari daun ke seluruh tubuh tanaman, serta xylem, berfungsi untuk mengangkut air dan mineral dari dalam tanah.
Pada umumnya, tumbuhan berbiji (kecuali tumbuhan parasit) bersifat autotrof atau dapat mensintesis makanan sendiri melalui fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan berbiji merupakan organisme fotoautotrof. Sebagian besar mempunyai tempat hidup (habitat) di darat (misalnya: mangga, rambutan, dan jambu). Ada pula tumbuhan berbiji yang hidup mengapung di atas air (misalnya: enceng gondok). Tumbuhan biji berkembangbiak secara aseksual maupun secara seksual.
2. Klasifikasi Spermatophyta
Berdasarkan ada tidaknya lapisan pelindung pada bakal biji, Divisi Spermatophyta dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu Sub divisi Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka) dan Sub divisi Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup).
a. Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae)
Ciri khas tumbuhan Gymnospermae (bahasa Yunani, gymnos = ‘telanjang’ dan sperma = ‘benih’ atau ‘biji’) adalah tidak mempunyai pembungkus biji (ovarium). Bakal bijinya terbuka dan terdapat pada permukaan daun buah (megasporofil).
Pada umumnya berupa tumbuhan berkayu dengan bermacam-macam bentuk perawakan (habitus). Tidak memiliki bunga yang sesungguhnya (bunga mereduksi menjadi kantong serbuk sari dan bakal biji), sporofi l terpisah-pisah membentuk strobilus jantan dan strobilus betina. Mempunyai sistem akar tunggang dan batang tegak lurus atau bercabang- cabang. Akar dan batang berkambium, sehingga selalu mengadakan pertumbuhan menebal sekunder. Strobilus atau kerucut mengandung 2 daun buah (tempat menempel bakal biji), yaitu makrosporangium dan mikrosporangium yang terpisah satu sama lain. Penyerbukan hampir selalu dengan bantuan angin (anemogami). Serbuk sari langsung jatuh pada bakal biji, dengan jarak waktu penyerbukan sampai pembuahannya relatif panjang. Sel kelamin jantan umumnya berupa spermatozoid yang masih bergerak dengan aktif.
Anggota Gymnospermae yang masih ada (hidup) sampai saat ini, digolongkan menjadi 4 kelas, yaitu Kelas Cycadinae, Kelas Ginkyoinae, Kelas Coniferae, dan Kelas Gnetinae.
1) Kelas Cycadinae
Tumbuhan annggota kelas ini tubuhnya berkayu, menyerupai palem, dan tidak atau sedikit bercabang. Sporofi l tersusun dalam strobilus berumah dua (dalam satu strobilus terdapat 1 alat kelamin). Strobilus jantan sangat besar, tersusun oleh sporofil-sporofil berbentuk sisik, dan banyak mikrosporangium. Pada strobilus betina (megasporofil), sporofil berupa sisik dengan 2 bakal biji.
Kelas ini hanya mempunyai 1 bangsa, yaitu Cycadales dan 1 suku, yaitu Cycadaceae. Contohnya adalah pakis haji (Cycas rumphii) dan Dioon sp. (hidup di Amerika).
2) Kelas Ginkyoinae ( sering dieja: Ginkoinae)
Anggotanya berupa pohon dioceus (berumah dua), mempunyai tunas panjang dan pendek, daunnya bertangkai panjang membentuk kipas. Mikrosporofil (benang sari) tidak banyak dan susunan makrosporofil tidak begitu terang, dengan dua bakal biji pada tangkai yang panjang. Kulit luar pada bijinya berdaging dan kulit dalamnya keras. Kelas ini terdiri atas bangsa Ginkyoales dan suku Ginkyoaceae. Contohnya adalah Ginkyo biloba.
3) Kelas Coniferae
Ciri utama anggota Coniferae adalah adanya tajuk berbentuk kerucut (Coniferae berasal dari kata conus = ‘kerucut’ dan ferein = ‘mendukung’). Anggotanya dapat berupa semak, perdu, atau pohon. Daun-daunnya berbentuk jarum, sehingga sering disebut pohon jarum. Tumbuhan ini berumah dua, tetapi ada juga yang berumah satu. Kelas Coniferae terdiri dari beberapa ordo, antara lain Ordo Araucariales, Ordo Podocarpales, Ordo Cupressales, dan Ordo Pinales. Ordo-ordo tersebut umumnya disusun oleh satu suku. Contoh anggota Ordo Araucariales adalah Agathis alba (Araucariaceae), contoh anggota Ordo Podocarpales adalah Podocapus imbricata (Podocarpaceae), dan contoh anggota Ordo Pinales adalah Pinus silvetris, Abies nordmanniana, dan Pinus merkusii (Pinaceae). Sedangkan Ordo Cupressales terdiri atas dua suku, yaitu Taxodiaceae (contohnya Sequoia gigantea) dan Famili Cupressaceae (contohnya Juniperus communis).
4) Kelas Gnetinae
Ciri-ciri Gnetinae adalah batang berkayu (dapat bercabang atau tidak), bunga berkelamin tunggal, dan pembuahan terjadi melalui pembentukan buluh serbuk sari. Kelas ini terdiri atas 3 ordo, yaitu Ordo Ephedrales, Ordo Gnetales, dan Ordo Welwitschiales. Contoh anggota Ordo Ephedrales adalah Ephedra altissima (Ephedraceae). Contoh anggota Ordo Gnetales adalah melinjo (Gnetum gnemon) yang merupakan anggota suku Gnetaceae. Tumbuhan yang banyak dibudidayakan ini umumnya memiliki stobilus jantan dan betina yang terdapat dalam satu pohon (berumah satu). Sedangkan contoh anggota Ordo Welwitschiales adalah Welwitschia bainesii (Welwitschiaceae).
b. Tumbuhan Berbiji Tertutup (Angiospermae)
Angiospermae (bahasa Yunani, angieo = ‘botol’, sperma = ‘biji’). Berbeda dengan Gymnospermae, tumbuhan anggota Angiospermae mempunyai biji yang dilindungi oleh bakal buah. Anggotanya dapat berupa tumbuhan berkayu atau berbatang basah (herba), mempunyai bentuk dan susunan bunga bermacam-macam. Mikrosporangia terdapat pada mikrosporofi l yang disebut benang sari.
Berdasarkan bagian-bagiannya, bunga Angiospermae dibedakan menjadi bunga lengkap dan tidak lengkap. Bunga lengkap mempunyai perhiasan bunga yang lengkap, yaitu kelopak dan mahkota. Bunga tak lengkap tidak mempunyai salah satu bagian perhiasan bunga (mahkota atau kelopak). Sementara itu, berdasarkan alat kelaminnya, bunga Angiospermae dibedakan menjadi bunga sempurna dan bunga tak sempurna. Bunga sempurna mempunyai alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan (benang sari), sedangkan bunga tak lengkap hanya mempunyai satu alat kelamin (putik atau benang sari saja).
Anggota Subdivisi Angiospermae dibedakan berdasarkan jumlah daun lembaganya (cotyledon) menjadi dua kelas, yaitu monocotyledoneae dan dicotyledoneae.
1) Kelas Monocotyledoneae (Monokotil)
Ciri umum tumbuhan monokotil adalah bijinya mempunyai satu daun lembaga yang berfungsi untuk menyerap zat makanan dari endosperma pada saat biji berkecambah. Ciri lainnya adalah bunganya memiliki bagian-bagian yang jumlahnya berkelipatan 3. Daunnya tunggal dan mempunyai tulang daun sejajar atau melengkung. Tumbuhan monokotil mempunyai sistem akar serabut. Sebagian besar berbatang basah, tetapi beberapa anggota yang lain merupakan tumbuhan berkayu. Batang tidak bercabang, mempunyai buku-buku dan ruas-ruas yang jelas. Batang dan akar tumbuhan monokotil tidak berkambium, sehingga tidak mengalami pertumbuhan sekunder.
Tumbuhan monokotil dibedakan menjadi beberapa ordo. Contoh ordo yang memiliki anggota yang hidup di air adalah Alismatales, yaitu Hydrilla verticillata. Ordo lain dari tumbuhan monokotil adalah Bromeliales. Bromeliales terdiri dari beberapa famili, antara lain Bromeliaceae [contohnya nanas (Ananas sativus)], Commelinaceae (contohnya Rhoeo discolor), dan Pontederiaceae [contohnya enceng gondok (Eichornia crassipes)]. Ordo Liliales merupakan tumbuhan monokotil yang memiliki beberapa suku, antara lain Liliaceae, Amaryllidaceae, dan Dioscoreaceae. Contoh Liliaceae adalah bawang putih (Alliun sativum), bawang merah (Allium cepa), lidah buaya (Aloe vera), dan tulip (Tulipa gesneriana).
Sedangkan Arecales merupakan ordo yang beranggotakan beberapa jenis tanaman yang sering kita jumpai di sekitar kita. Contohnya adalah Zalacca edulis atau salak dan Cocos
nucifera atau kelapa. Keduanya merupakan anggota suku Arecaceae. Contoh lainnya adalah Colocasia esculenta atau talas (Araceae).
Beberapa ordo yang lain adalah Pandanales, Cyperales, Orchidales, Poales, dan Zingiberales. Contoh anggota Ordo Pandanales adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius), contoh anggota Ordo Cyperales adalah rumput teki (Cyperus rotundus), dan contoh anggota Ordo Orchidales adalah anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis). Sedangkan contoh anggota Ordo Poales adalah jagung (Zea mays) dan bambu duri (Bambusa spinosa), dan contoh anggota Ordo Zingiberales adalah kunyit (Curcuma domestica) dan jahe (Zingiber offi cinale).
2) Kelas Dycotiledoneae (Dikotil)
Tumbuhan anggota kelas dikotil mempunyai ciri-ciri umum, terutama saat biji berkecambah, biji mempunyai dua daun lembaga yang terbelah menjadi dua bagian. Ciri lainnya adalah bagian-bagian bunga berkelipatan 2, 4, atau 5. Daunnya tunggal atau majemuk dan mempunyai tulang daun menjari atau menyirip. Tumbuhan dikotil mempunyai sistem akar tunggang, dapat berupa tumbuhan semak, herba, atau pohon. Batang bercabang dengan buku-buku dan ruas-ruas tidak jelas. Batang dan akar tumbuhan dikotil berkambium (di antara xilem dan floem), sehingga mengalami pertumbuhan sekunder (tumbuh membesar).
Berdasarkan susunan dan ada tidaknya perhiasan bunga (mahkota dan kelopak), kelas dikotil dibedakan menjadi tiga subkelas, yaitu Subkelas Monoklamida, Subkelas Dialypetala, dan Subkelas Sympetala.
Subkelas Monoklamida (Monochlamydae atau Apetalae), merupakan golongan tumbuhan tanpa perhiasan bunga atau tidak dapat dibedakan antara mahkota dan kelopaknya. Kalaupun ada, perhiasan bunganya hanya satu macam, sehingga disebut Monochlamydae (mono = ‘satu’ dan chlamidos = ‘mantel’ atau ‘selubung’). Pada umumnya, perhiasan bunga yang ada adalah kelopak (sepala), sehingga disebut pula Apetalae (a = ‘tidak’ dan petala = ‘daun mahkota’). Beberapa ordo anggota Monochlamidae adalah Urticales, Piperales, Polygonales, dan Caryophyllales. Contoh anggota Ordo Urticales adalah nangka (Artocarpus integra) dan beringin (Ficus benjamina). Keduanya merupakan anggota suku Moraceae. Ordo Piperales, contohnya adalah suku Piperaceae, misalnya lada (Piper nigrum) dan sirih (Piper betle). Ordo Polygonales hanya mempunyai 1 suku, yaitu Poligonaceae dengan contoh jenisnya adalah air mata pengantin (Antigonon leptopus). Sedangkan contoh anggota Ordo Caryophyllales (Centrospermae) adalah berbagai jenis bayam (Amaranthaceae) dan Mirabilis jalapa atau bunga pukul empat (Nyctaginaceae).
Subkelas Dialypetala (Dialypetalae), merupakan golongan tumbuhan yang mempunyai bagian-bagian perhiasan bunga (mahkota dan kelopak) terpisah satu sama lain. Pada umumnya menunjukkan perhiasan bunga yang lengkap. Subkelas ini terdiri atas beberapa ordo, antara lain Ordo Rosales, Ordo Malvales, Ordo Ranales, Ordo Parietales, Ordo Myrtales, dan Ordo Rutales. Contoh anggota Ordo Rosales adalah bunga merak atau Caesalpinia pulcherrima (famili Caesalpiniaceae) dan orok-orok (Crotalaria sp.) dan kacang tanah atau Arachis hypogaea (famili Papilionaceae). Contoh anggota Ordo Malvales adalah bunga sepatu atau Hibiscus rosa-sinensis (famili Malvaceae), dan contoh Ordo Ranales (Polycarpicae) adalah sirsak (Annona muricata) dan srikaya atau Annona squamosa (famili Annonaceae). Contoh lainnya adalah yang merupakan anggota Suku Magnoliaceae, seperti cempaka putih (Michelia alba) dan cempaka kuning (Michelia champaca). Markisa (Passifl ora foetida) adalah contoh anggota Ordo Parietales, yaitu dari Suku Passifl oraceae. Sedangkan contoh Ordo Myrtales adalah jambu biji (Psidium guajava), dan contoh anggota Ordo Rutales adalah jeruk atau Citrus sp. (famili Rutaceae).
Subkelas Simpetala (Sympetalae), merupakan golongan tumbuhan berbunga lengkap dan mempunyai bagian-bagian perhiasan bunga (mahkota dan kelopak) saling berlekatan satu sama lain. Subkelas ini terdiri atas beberapa ordo, misalnya Ordo Apocynales, Ordo Asterales, Ordo Cucurbitales, Ordo Ebenales, Ordo Rubiales, dan Ordo Solanes. Allamanda cathartica (Apocynaceae), Catharanthus roseus dan melati atau Jasminum sambac (famili Oleaceae) adalah contoh anggota Ordo Apocynales. Contoh anggota Ordo Asterales adalah bunga matahari (Helianthus annus) dan kenikir atau Cosmos caudatus (famili Asteraceae). Semangka (Citrullus vulgaris) adalah contoh anggota Ordo Cucurbitales dan sawo bludru (Chrysophyllum cainito) adalah contoh anggota Ordo Ebenales. Contoh anggota Ordo Rubiales adalah Ixora paludosa atau bunga soka (Rubiaceae). Sedangkan contoh anggota Ordo Solanes adalah kentang (Solanum tuberrosum), terong (Solanum melongena), tomat (Solanum lycopersicum), kecubung (Datura metel), dan cabe (Capsicum sp.), yang berasal dari Suku Solanaceae. Contoh lainnya adalah jati atau Tectona grandis (famili Verbenaceae) dan leng-lengan atau Leucas lavandulifolia (famili Labiateae).
3. Reproduksi Spermatophyta
Berbeda dengan tumbuhan paku dan lumut, tumbuhan berbiji berkembang biak dengan bijinya. Biji terbentuk setelah terjadi pembuahan atau reproduksi secara generatif, melalui sel-sel kelaminnya.
a. Gymnospermae
Reproduksi aseksual pada Gymnospermae lebih jarang terjadi dibandingkan reproduksi secara seksual. Berikut ini, kalian akan mempelajari contoh perkembangbiakan seksual pada pinus (Pinus merkusii). Pinus memiliki daur hidup yang khas. Pembuahan sel telurnya terjadi di dalam jaringan sporofit induknya. Seperti Gymnospermae pada umumnya, pinus mempunyai tajuk berbentuk kerucut (strobilus). Strobilus tersebut merupakan tempat sporangium (mikrosporangium dan makrosporangium) yang menghasilkan mikrospora dan makrospora.
Pada reproduksi seksual, mikrospora (gamet jantan) membelah menghasilkan serbuk sari (bersel 4) yang akan dilepaskan ke udara. Sementara itu, sel telur yang berasal dari pembelahan megaspora juga terbentuk pada strobilus betina. Setelah serbuk sari menempel pada strobilus betina maka terjadi perkecambahan serbuk sari. Serbuk sari membentuk buluh atau tabung serbuk sari yang tipis, dengan membawa inti sperma menuju sel telur (dapat memakan waktu 1 tahun). Selanjutnya, inti sperma bersatu dan melebur dengan sel telur membentuk zigot. Zigot berkembang menjadi embrio dengan mengambil makanan dari endosperm. Pada saat itu, biji membentuk struktur tambahan berupa sayap tipis. Satu tahun kemudian, kerucut betina melepaskan bijinya satu persatu. Biji-biji yang bersayap tersebut menyebar ke tempat-tempat lain (terbang) dengan bantuan angin. Jika biji sampai pada tempat yang sesuai maka terjadi perkecambahan biji, sehingga akan terbentuk tumbuhan yang baru.
b. Angiospermae
Tumbuhan Angisopermae dapat berkembang biak secara seksual maupun secara aseksual. Karena banyak dimanfaatkan oleh manusia, maka jenis-jenis tumbuhan tersebut banyak dikembangkan secara aseksual oleh manusia. Secara alami, beberapa tumbuhan sebenarnya dapat melakukan reproduksi aseksual dengan berbagai cara seperti dengan tunas maupun secara merunduk. Oleh manusia, reproduksi secara aseksual tersebut dilakukan dengan menggunakan organ vegetatif, seperti akar dan batang sehingga disebut reproduksi aseksual buatan.
Organ-organ vegetatif tumbuhan (akar, batang, dan daun) dapat ditumbuhkan menjadi tumbuhan baru dengan beberapa cara. Stek merupakan salah satu cara perkembangbiakan yang banyak dilakukan oleh manusia. Teknik ini dilakukan dengan mengambil atau memotong bagian tubuh tumbuhan seperti akar, batang, dan daun. Contohnya adalah pada tanaman ketela pohon, yaitu dengan stek batang. Jika batang tersebut dipotong menjadi beberapa bagian kemudian ditanam, maka masing-masing bagian tersebut akan tumbuh menjadi tanaman ketela pohon yang baru.
Selain dikembangbiakkan dengan stek, tumbuhan Angiospermae juga dicangkok. Cangkok dilakukan dengan menghilangkan bagian tertentu kulit batang dan getah tumbuhannya, kemudian ditutup dengan lumut atau serat kelapa. Setelah bagian yang dicangkok tersebut mampu membentuk akar, bagian cangkokan tersebut dapat dipotong dan ditanam. Stek dan cangkok merupakan cara perkembangbiakan vegetatif tradisional. Secara modern, perbanyakan tumbuhan juga dilakukan melalui teknik rekayasa genetika, misalnya melalui kultur jaringan dan fusi protoplas.
Selain secara vegetatif, tumbuhan Angiospermae secara alami berkembang biak secara seksual. Reproduksi secara seksual pada spermatophyta adalah dengan membentuk biji, yang dihasilkan dari organ reproduksi yaitu bunga.  Reproduksi seksual pada Spermatophyta dimulai dengan penyerbukan atau polinasi. Polinasi merupakan proses menempelnya serbuk sari (stamen) pada kepala putik (stigma). Proses tersebut dapat terjadi dengan bantuan angin, air, atau hewan-hewan penyerbuk (polinator). Contoh hewan polinator adalah lebah, kupu-kupu, burung kolibri, kelelawar, dan lain-lain.
Karena proses perkawinannya yang jelas, yaitu didahului dengan polinasi, maka sebelum terjadi penyerbukan (polinasi), kepala sari yang telah masak akan membuka. Selanjutnya, serbuk sari yang terdapat pada kepala sari tersebut akan keluar atau jatuh dan menempel pada kepala putik. Bagian yang berperan dalam fertilisasi adalah putik (stigma) dan benang sari (stamen). Putik terdiri dari 3 bagian, yaitu kepala putik, tangkai putik, dan ovulum. Sementara itu, benang sari terdiri dari kepala sari dan tangkai sari.
Di dalam ovulum, terdapat megasporofit yang membelah menjadi empat megaspora. Satu megaspora yang hidup membelah tiga kali berturut- turut. Hasilnya berupa sebuah sel besar, disebut kandung lembaga muda yang mengandung delapan inti. Di ujung ovulum terdapat sebuah lubang (mikropil), sebagai tempat masuknya saluran serbuk sari ke dalam kandung lembaga. Selanjutnya, tiga dari delapan inti tadi menempatkan diri di dekat mikropil. Dua dari tiga inti disebut sel sinergid.
Sementara itu, inti yang ketiga disebut sel telur. Tiga buah inti lainnya (antipoda) bergerak ke arah kutub yang berlawanan dengan mikropil (kutub kalaza). Sisanya, dua inti yang disebut inti kutub, bersatu di tengah kandung lembaga dan terjadilah sebuah inti diploid (2n). Inti ini disebut inti kandung lembaga sekunder. Inti kandung lembaga yang
telah masak, disebut megagametofit dan siap untuk dibuahi. Serbuk sari yang jatuh pada kepala putik yang sesuai, akan berkecambah atau memunculkan suatu saluran kecil (buluh serbuk sari).
Buluh serbuk sari semakin tumbuh memanjang di dalam tangkai putik (stilus). Selama perjalanan buluh menuju ovulum, inti serbuk sari membelah menjadi inti vegetatif dan inti generatif. Inti vegetatif berfungsi sebagai penunjuk arah inti generatif dan akan melebur sebelum sampai ke bakal biji (ovulum). Inti generatif membelah menjadi dua inti sperma yang akan menembus ovarium (bakal buah) dan sampai ke ovulum (bakal biji).
Di dalam ovulum, inti serbuk sari (inti sperma) bertemu dengan inti sel telur, sehingga terjadi peleburan antara kedua inti tersebut. Proses peleburan kedua inti ini, disebut pembuahan atau fertilisasi. Inti sperma yang satu akan membuahi inti sel telur membentuk zigot, sedangkan inti sperma lainnya membuahi inti kandung lembaga sekunder membentuk endosperma. Peristiwa pembuahan ini disebut pembuahan ganda.
Pada perkembangan selanjutnya, bakal biji akan tumbuh menjadi biji dan bakal buah akan menjadi buah yang membungkus biji (pada beberapa spesies tumbuhan). Jika biji ditumbuhkan di tempat yang sesuai, biji akan berkecambah dan akan membentuk tumbuhan yang baru.












Tumbuhan Paku

Tumbuhan Paku (Pterydophyta)
Bersama lumut, tumbuhan paku merupakan tumbuhan tingkat rendah.  Meskipun ciri dan struktur tubuh tumbuhan paku amat berbeda dengan lumut, yaitu sudah mempunyai cormus, tetapi tumbuhan paku belum menghasilkan biji. Tubuhnya memang sudah dapat dibedakan menjadi akar, batang, dan daun sejati dan juga sudah memiliki pembuluh pengangkut (termasuk tumbuhan vaskuler), tumbuhan paku masih membentuk spora sebagai alat perkembangbiakan yang utama. Karenanya tumbuhsn paku disebut kormofita berspora atau tumbuhan vaskuler tak berbiji. Tumbuhan paku juga mempunyai gametangium yang letaknya tersembunyi, sehingga termasuk kelompok vasculer Cryptomagae.
Golongan vascular Cryptogamae menurut sistem klasifikasi lama termasuk dalam Divisi Pterydophyta. Divisi ini merupakan Cormophyta bersama dengan tumbuhan berbiji dan tubuhnya yang berupa kormus sudah merupakan sporofit. Ini berbeda dengan tumbuhan lumut yang tubuhnya masih berupa talus (atau peralihan dari talus ke kormus) dan merupakan gametofit. Sebagai tumbuhan tingkat rendah, tumbuhan paku sudah lebih maju daripada tumbuhan lumut karena sudah mempunyai sistem pembuluh yang terdiri dari xilem dan floem, sporofit hidup bebas dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuhan heterospor. Sebaliknya, sebagai golongan kormofita, tumbuhan paku lebih rendah perkembangannya daripada tumbuhan berbiji (Spermatophyta) karena untuk melakukan pembuahan sel kelamin jantan dapat mencapai sel kelamin betina tanpa harus melalui siphon (buluh serbuk sari). Karenanya, tumbuhan paku dan lumut termasuk golongan Embryophyta Asiponogama. Selain itu, tumbuhan paku tidak membentuk biji dan gametofit betina tidak menempel pada sporofit serta dalam perkembangan embrio sporofit tidak ada masa istirahat.
1. Ciri-Ciri Tumbuhan Paku
Apabila kita membicarakan ciri tubuh tumbuhan paku, tentu akan dipelajari ukuran, bentuk, struktur dan fungsi tubuhnya. Ukuran tubuh tumbuhan paku amat bervariasi, tingginya antara 2 cm hingga 5 m. Bentuknya pun amat beragam. Ada yang berbentuk lembaran, perdu, pohon, dan ada yang seperti tanduk rusa. Struktur tubuhnya jelas mempunyai kormus (bisa dibedakan antara akar, batang, dan daunnya). Namun demikian, tumbuhan ini tidak menghasilkan biji. Karena itu, alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama yakni melalui spora.
Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh ke samping dari batang. Batangnya bercabang-cabang menggarpu (dikotom), atau jika membentuk cabang-cabang ke samping, cabang-cabang baru tersebut tidak pernah keluar dari ketiak daun. Pada batang terdapat banyak daun yang dapat tumbuh terus sampai lama.Umumnya daun masih lebih primitif daripada daun tumbuhan tingkat tinggi sehingga disebut mikrofil.
Di dalam akar, batang, dan daun telah terdapat jaringan pengangkut yang tersusun atas bagian floem dan xilem yang belum terdapat pada tumbuhan lumut. Berkas-berkas pengangkut ini umumnya tersusun konsentris amfikribal (xilem di tengah dikelilingi oleh floem) dan di dalam batang sering terdapat lebih dari satu berkas pengangkut. Adanya berkas pengangkut menambah kekuatan untuk mendukung tunas-tunas, sehingga tumbuhan paku berkembang menjadi tumbuhan darat dengan cabang-cabang, bahkan telah membentuk pohon seperti yang dikenal dengan paku tiang, contohnya adalah Cyathea sp.
Daun tumbuhan paku terdiri atas dua macam. Daun yang berukuran kecil dan bersisik yang disebut mikrofil. Sementara, daun yang berukuran besar, dinamakan makrofil. Inilah karakteristik dari tumbuhan paku. Daun merupakan tempat pembentukan sporangium dan spora. Sporangium tersebut kadang-kadang juga terbentuk dalam ketiak daun, dan hanya pada beberapa paku dengan tingkat perkembangan yang rendah sporangium langsung terbentuk pada ujung tunas. Kumpulan sporangium pada daun disebut sorus, dan daun tersebut disebut sporofil. Daun selain sporofil adalah daun yang berfungsi untuk fotosintesis dan disebut daun tropofil. Sporofil seringkali terkumpul menjadi organ khusus yang terletak di ujung batang atau cabang, disebut strobilus.



2. Siklus Hidup Tumbuhan Paku
Seperti pada tumbuhan lumut, pada tumbuhan paku juga terjadi siklus hidup atau pergiliran dua keturunan, yaitu keturunan gametofit dan sporofit.  Gametofit pada tumbuhan paku dinamakan protalium atau protalus.
Protalium ini hanya berumur beberapa minggu. Bentuk protalium ini seperti jantung, warnanya hijau, dan melekat pada tempat tumbuhnya dengan rizoid. Pada protalium ini terdapat anteridium dan arkegonium yang masing-masing merupakan penghasil sel jantan dan sel betina yang dalam perkembangan selanjutnya akan bertemu dan melebur menghasilkan zigot. Zigot kemudian tumbuh menjadi tumbuhan paku. Tumbuhan paku inilah yang merupakan keturunan yang diploid, yaitu sporofit. Jadi di dalam siklus hidup tumbuhan paku sporofit adalah generasi yang dominan. Selanjutnya, pada keturunan sporofit, tumbuhan paku akan menghasilkan spora. Dan kemudian spora tersebut akan tumbuh menjadi protalium, demikian seterusnya siklus hidup berlanjut.
Sebagian besar paku adalah homospora, yang berarti menghasilkan satu jenis spora yang sama besar. Pada jenis paku lain ditemukan tipe heterospor, yaitu jenis paku yang menghasilkan dua macam spora yang ukurannya tidak sama. Terdapat pula tumbuhan paku yang menghasilkan spora yang bentuk luarnya sama, tetapi berbeda jenis kelaminnya. Tumbuhan ini dinamakan paku peralihan, yaitu antara homospor dan heterospor.
3. Klasifikasi Tumbuhan Paku
Di dalam Dunia Tumbuhan, tumbuhan paku dikelompokkan ke dalam 4 disvisi yaitu Divisi Psilophyta atau paku purba, Divisi Lycophyta (Lepidophyta) atau paku kawat, Divisi Arthrophyta atau paku ekor kuda, dan Divisi Filicophyta atau paku sejati. Tiga divisi pertama adalah tumbuhan paku dengan daun berupa mikrofil, sedangkan divisi yang ke empat adalah paku dengan daun berupa makrofil.
a. Paku Purba (Psilopyta)
Divisi Psilophyta disebut juga paku purba. Sesuai dengan namanya, tumbuhan paku ini sudah banyak yang punah. Jenis tumbuhan ini, yang masih ada hanya sedikit saja. Diperkirakan hanya tinggal 10 – 13 species yang berasal dari 2 genus. Paku purba merupakan paku telanjang yang tidak berdaun. Kalau pun ada, paku purba hanya mempunyai daun-daun kecil (mikrofil) yang belum terdeferensi. Oleh karenanya, fotosintesis berada di batang yang mengandung klorofil. Paku purba juga ada yang belum punya akar.
Dengan demikian, paku purba ini tidak mempunyai jaringan pengangkut. Tentunya, paku ini akan memiliki rizoid untuk mengangkut air dan mineral. Tumbuhan paku ini juga mempunyai sifat homospora, dan banyak hidup di daerah tropis dan subtropis. Contoh paku kuda adalah Rhynia sp, yang merupakan paku purba berdaun dan Psilotum nudum yang merupakan paku purba tidak berdaun.
b. Paku Kawat (Lycophyta)
Divisi Lycophyta atau Lepidophyta meliputi golongan yang sudah punah maupun yang sekarang masih ada. Anggota divisi ini biasa dinamakan paku kawat karena mempunyai batang dan akar yang bercabang menggarpu. Struktur tubuhnya cukup lengkap, yang mempunyai akar, batang dan daun sejati. Daunnya kecil-kecil (mikrofil), tidak bertangkai dan bertulang daun satu. Sporangium terdapat pada ketiak daun, biasanya sporofil terkumpul di ujung batang atau cabang dan membentuk bangunan seperti kerucut, disebut strobilus. Bentuk ini menyerupai konus pada pohon pinus, sehingga banyak orang yang menyebut paku kawat itu sama saja pinus tanah.
Berdasarkan ada tidaknya ligula (lidah-lidah pada daun), divisi ini dibagi menjadi dua kelas yaitu Kelas Eligulopsida dan Kelas Ligulopsida. Kelas Eligulopsida merupakan paku kawat yang tidak memiliki ligula, contohnya Lycopodium sp. Sedangkan Ligulopsida merupakan paku kawat yang memiliki ligula, contohnya paku rane (Selaginella sp.).
c. Paku Ekor Kuda (Divisi Arthrophyta)
Divisi Arthrophyta memiliki tubuh yang cabangnya berkarang dan jelas kelihatan berbuku-buku dan beruas-ruas. Lapisan luar (epidermisnya), mengandung silika sehingga terlihat berpasir. Orang banyak menggunakan batang ekor kuda untuk menggosok pot ataupun kuali, sebelum ditemukan alat penggosok dari baja. Oleh karenanya, tumbuhan ini disebut juga dengan tumbuhan penggosok.
Daun-daun kecil seperti selaput dan tersusun berkarang. Sporofil selalu berbeda dengan daun biasa, biasanya berbentuk perisai dengan sejumlah sporangium pada sisi bawahnya. Sporofil tersebut merupakan badan berbentuk gada atau kerucut pada ujung batang atau cabang yang juga disebut sebagai strobilus. Akarnya sangat kecil dan halus, terdapat pada buku-buku dari rhizoma atau pada pangkal batang. Beberapa jenisnya ada yang memiliki semacam umbi untuk menghadapi masa yang buruk.
Paku ekor kuda merupakan tumbuhan dengan genus tunggal, yaitu Equisetum. Genus ini hanya memuat kira-kira 25 spesies, sebagian hidup di darat dan sebagian hidup di rawa-rawa. Contohnya adalah paku ekor kuda (Equisetum debile).
d. Paku sejati (Filicophyta)
Paku sejati juga termasuk tumbuhan yang memiliki struktur tubuh lengkap. Paku sejati sudah mempunyai akar, batang, dan daun yang sejati. Batangnya ada yang tertanam di dalam tanah membenruk rihzoma. Daunnya berupa makrofil dan bentuknya bermacam-macam, bertangkai, dan tulangnya bercabang-cabang. Saat masih muda, daunnya akan tergulung pada ujungnya. Sementara, sisi bawahnya banyak terdapat sporangium.
Contoh tanaman paku sejati adalah paku tanduk rusa (Plathycerium coronarium), paku sarang burung (Asplenium nidus), paku suplir (Adiantum sp.), paku sawah (Azolla pinnata), dan semanggi (Marsillea crenata).