Karakter
adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebaikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan
cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Pendidikan karakter dapat
dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai kebaikan pada diri
peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai-nilai karakter sebagai watak
dirinya, dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya sebagai anggota
masyarakat dan warga negara yang religius, produktif dan kreatif. Penguatan
pendidikan karakter adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan,
menguatkan, dan menerapkan berbagai nilai kabaikan melalui proses pendidikan
yang berlangsung di berbagai lembaga pendidikan.
Sebagai
salah satu lembaga pendidikan, setiap sekolah pasti mempunyai program penguatan
pendidikan karakter yang berbeda-beda. Namun tujuannya tetap sama, yaitu memperbaiki,
meningkatkan, dan menguatkan pendidikan karakter bagi seluruh warga sekolah (guru,
tenaga kependidikan dan peserta didiknya).
Sekolah kami
juga melakukan penguatan pendidikan karakter melalui kantin “3S-ToMaT”. Ini
bukan kantin yang biasa anda bayangkan, bukan pula makanan atau minuman yang
dijual. Namun kantin “3S-ToMaT” adalah istilah yang dibuat khusus oleh pihak sekolah
untuk menarik perhatian guru, tenaga kependidikan dan peserta didik.
Kantin “3S-ToMaT”
adalah sebuah kantin khusus yang merupakan singkatan dari Senyum, Sapa, Salam,
Tolong, Maaf, dan Terima Kasih. Ini artinya, semua warga sekolah harus
melakukan sikap, perbuatan dan tingkah laku seperti yang diinginkan di atas.
Berbagai
macam sikap, perbuatan, dan tingkah laku yang terdapat pada kantin “3S-ToMaT di atas dilakukan melalui 2
macam prinsip, yaitu (1) pembiasaan, dan (2) keteladanan. Hal ini diperlukan
agar peserta didik mampu memahami, merasakan, dan sekaligus mengerjakan
nilai-nilai kebaikan. Pembiasaan dapat menumbuhkan kekuatan pada diri peserta
didik untuk melakukan aktivitas tanpa paksaan. Namun demikian, pada situasi
tertentu strategi pembiasaan melalui cara “paksaan” dapat dibenarkan. Hal ini
karena suatu perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, lama kelamaan tidak
terasa sebagai paksaan. Selanjutnya akan menjadi kebiasaan yang mengakar dalam
jiwa peserta didik, sehingga menjadi sifat baik yang mendorong lahirnya akhlak atau
karakter yang baik pula.
Adapun prinsip
keteladanan efektif dilakukan karena fitrah manusia yang lebih kuat dipengaruhi dari melihat contoh di
sekitarnya. Ini menunjukkan bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan untuk
belajar melalui peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang-orang di
sekitarnya. Nilai-nilai kebaikan tidak dapat dibentuk hanya melalui instruksi,
ucapan serta anjuran semata, tetapi diperlukan langkah pemberian contoh teladan
yang nyata dari guru, peserta didik sendiri, dan tenaga kependidikan, serta
lingkungan sekitarnya.
Penguatan
pendidikan karakter melalui kantin “3S-ToMaT” ini dimulai sejak peserta didik
mulai memasuki pintu gerbang sekolah. Setiap hari, para guru (1- 5 orang) secara
bergantian menunggu peserta didik yang datang ke sekolah. Setiap guru wajib
untuk senyum dan menyapa kepada para peserta didik. Begitu pun sebaliknya, para
peserta didik harus senyum, menyapa, memberi salam, dan mencium tangan gurunya.
Interaksi ini akan membuat ikatan kontak batin yang begitu kuat antara guru dan
peserta didik, melatih kedisiplinan guru dan peserta didik, dan melatih
keikhlasan guru dan peserta didik. Ini artinya 3S, Senyum, Sapa, dan Salam
sudah dimulai di awal masuk sekolah.
Senyum
terbukti dapat mengurangi stres dan menambah kawan. Ketika senyum, otot wajah
yang dibutuhkan untuk berkontraksi dan berelaksasi ternyata lebih sedikit
dibandingkan saat cemberut, yaitu sekitar 17 otot wajah saat tersenyum, dan 43
otot wajah saat cemberut.
Sapa
merupakan sebuah penghormatan kita terhadap orang lain. Ketika orang lain kita
sapa, mereka merasa dihormati. Sebaliknya, orang lain juga akan menghormati
kita, ini berarti sapa akan membawa nilai kebaikan.
Salam
terbukti dapat membuat orang lain saling menyayangi. Ketika kita memberikan
salam kepada orang lain, maka orang lain akan merasa senang dan merasa
diperhatikan.
Saat berada
di lingkungan sekolah. maka dilanjutkan pada Tomatnya. Artinya dalam segala
kegiatan atau aktivitas di sekolah, baik di luar kelas, dalam kelas, ruang
guru, maupun ruang TU. Setiap warga
sekolah tidak lupa untuk mengucapkan kata Tolong, Maaf, dan Terima kasih. Kata
Tolong dilakukan, jika ingin meminta orang lain untuk melakukan apa yang kita inginkan.
Kata Maaf dilakukan, jika ingin berbuat sesuatu yang tidak menyinggung perasaan
orang lain. Kata Terima kasih dilakukan, jika sudah ditolong atau dibantu oleh
orang lain.
Ketika
memohon bantuan kepada orang lain, ucapkan kata tolong. Ketika melakukan
kesalahan kepada orang lain, ucapkan kata maaf, dan ketika dibantu oleh orang
lain, ucapkan terima kasih. Orang yang terbiasa mengucapkan ketiga kata
tersebut adalah orang-orang yang memiliki kepribadian, akhlak dan karakter yang
baik. Kata tolong, maaf, dan terima kasih memiliki kekuatan yang luar biasa
dalam merekatkan tali silaturrahim dan ikatan persaudaraan, mendekatkan
hubungan yang renggang, mencairkan kekakuan komunikasi, bahkan meredakan sebuah
persengketaan.
Berbagai
macam nilai-nilai kebaikan di atas, akan terus dilakukan oleh seluruh warga
sekolah (guru, tenaga kependidikan dan peserta didiknya) selama berada di
lingkungan sekolah. Jika hal itu berlangsung secara konsisten, lama, dan
berkelanjutan, maka keberhasilan penguatan pendidikan karakter di sekolah kami,
Insya Allah akan berhasil. Aamiin ….
Semoga barokah ....
BalasHapus