"Jika seseorang mengamalkan ilmu yang dikuasainya, maka Allah SWT akan memberi ilmu yang tidak dia ketahui". Semoga barokah. Aamiin ....Guru SMAN 1 Sampang, Madura
Di dalam
kehidupan, tumbuhan banyak memainkan peranan penting. Sebagai organisme
fotosintesis tumbuhan merupakan pemasokoksigen ke lingkungan dan
sumber makanan bagi organisme heterotof. Karenanya di dalam rantai makanan,
tumbuhan disebut sebagai produsen. Tumbuhan juga merupakan penyusun
utama ekosistem, terutama ekosistem hutan. Dalam hal ini tumbuhan
merupakan tempat tinggal atau habitat berbagai jenis satwa. Bahkan
berbagai jenis satwa tertentu memiliki habitat spesifik pada kanopi pepohonan,
contohnya adalah berbagai jenis burung dan berbagai jenis primata arboreal
Selain itu,
setiap jenis tumbuhan (lumut, paku, dan tumbuhan berbiji) mempunyai peran
tertentu yang khas. Secara sekilas, mungkin kalian melihat tumbuhan lumut tidak
mempunyai manfaat bagi kehidupan. Namun, ternyata lumut banyak berperan penting
di dalam ekosistem. Di ekosistem hutan hujan tropis, lumut berperan penting
dalam meningkatkan kemampuan hutan menahan air (waterholding
capacity). Selain itu, lumut juga merupakan habitat penting bagi organisme
lain, terutama populasi hewan invertebrata. Beberapa jenis anggrek, misalnya, tidak
akan dapat bertahan andaikan tidak ada lumut yang sehat. Bahkan lumut juga
merupakan media yang baik bagi perkecambahan biji tumbuhan tingkat tinggi.
Selain itu, ada
spesies tertentu pada tumbuhan lumut yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia/penduduk. Misalnya saja, Marchantiapolymorpa, yang
digunakan untuk mengobati sakit hepatitis (radang hati). Sphagnum sp.
dapat digunakan sebagai pembalut atau pengganti kapas. Selain itu, tumbuhan
lumut juga merupakan bioindikator pencemaran lingkungan. Bahkan berbagai
jenis lumut tertentu bisa menunjukkan adanya kandungan bahan tambang, misalnya
spesies lumut yang hidup di permukaan batuan yang mengandung biji besi.
Selain lumut,
tumbuhan paku yang mungkin dianggap kurang bermanfaat,
ternyata banyak banyak berperan dalam kehidupan kita. Contohnya, semanggi
(Marsellia crenata) dapat dimanfaatkan untuk dijadikan sayuran.
Paku rane (Selaginella wildenowi) dapat difungsikan sebagai obat
penyembuh luka. Dryopteris filixmas juga mempunyai fungsi yang sama
yakni sebagai bahan penghasil obat-obatan. Dalam bidang pertanian, Azolla
pinata dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau tanaman padi di sawah. Ini
dapat dilakukan karena tumbuhan tersebut dapat bersimbiosis dengan tanaman
algae biru, dan mampu mefi ksasi atau menambat N2 di dalam tanah.
Akibatnya, tanah bisa menjadi subur.
Selain itu,
tumbuhan paku juga merupakan tanaman ornamen taman yang memiliki nilai ekonomis
yang tinggi. Sebagai tanaman hias tumbuhan paku dapat dijual dengan harga yang
tinggi. Jenis tumbuhan paku yang bisa dimanfaatkan sebagai tanaman hias antara
lain paku sarang burung (Asplenium nidus), paku ekor merak (Adiantum
farleyense), paku suplir (Adiantum concatum), dan paku tanduk rusa (Platycerumbifurentum).
Setelah lumut
dan paku, tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan manusia adalah kelompok
tumbuhan berbiji. Tumbuhan berbiji yang berupa pohon bisa menjadi tumbuhan
perindang, misalnya beringin (Ficus benjamina), jati, mahoni, dan
akasia. Selain itu, bisa juga sebagai bahan obat-obatan. Obat kencing batu bisa
diambil dari bunga matahari, Diabetes mellitus dan diare bisa diatasi dengan
buah apel. Sebagai minuman penghangat badan, kita sering memanfaatkan jahe dan
temu lawak (golongan Zingiberaceae), dan kayu putih (Eucalyptus sp.).
Dan sebagai obat sakit malaria kita menggunakan kina (Cinchona succirubra).
Tumbuhan
berbiji merupakan sumber bahan pangan. Beberapa tumbuhan dapat digunakan
sebagai bahan pangan, baik sebagai sayur atau makanan pokok. Sumber protein
misalnya kacang, kedelai. Sumber vitamin misalnya wortel, tomat, buah-buahan,
dan kacang-kacangan. Sumber karbohidrat misalnya kentang, ketela pohon, ubi,
padi, jagung, gandum, dan sagu. Di Indonesia bagian timur (Papua dan Maluku),
masyarakatnya menggunakan sagu sebagai makanan pokok (sumber karbohidrat).
Sumber lemak misalnya kelapa (Cocos nucifua), kelapa sawit (Elaeis
guinensis), dan kacang tanah (Arachys hipogaea). Serta sumber serat
misalnya buah-buahan dan tumbuhan hijau.
Bahan Sandang
juga bisa diperoleh dari tumbuhan berbiji, contohnya kapas (Gossypium sp.)
dan rami. Selain itu, keindahan berbagai jenis bunga dan tanaman berbiji
lainnya merupakan aset tanaman hias, contohnya kamboja, beringin, palem, dan
anggrek. Sedangkan di bidang industri, berbagai jenis tumbuhan berbiji
merupakan bahan bakunya mulai dari bumbu dapur sampai mebeler. Sebagai bumbu
dapur, contohnya bawang merah, bawang putih, kencur, kunyit, laos, dan cabe.
Sebagai bahan makanan dan minuman misalnya kwaci, contohnya biji bunga matahari
(Helianthus annus), minuman keras, contohnya dari Juniperus
communis. Selain
itu, emping juga merupakan contoh makanan olahan dari melinjo (Gnetum gnemon).
Selain itu gula pasir dan gula jawa juga berasal dari tumbuhan berbiji, yatiu
tebu (Saccharum officinarum) dan kelapa (Cocos nucifera). Kopi
dan teh yang sering kita minum juga berasal dari tumbuhan berbiji yaitu Coff
ea sp. dan Camellia sp.
Di bidang bahan
bangunan atau ukiran berbagai jenis pohon dengan kualitas yang bagus merupakan
bahan baku pembuatan bangunan dan ukiran. Contohnya adalah Taxus baccata (Gymnospermae),
damar (Agathis alba), mahoni, Podocapus imbricata, Pinus
silvetris, dan jati.
Tumbuhan
berbiji mempunyai generasi sporofit lebih kompleks dibanding lumut dan
paku. Alat perkembangbiakan terdapat pada organ bunga (kumpulan sporofil)
atau berupa strobilus. Sementara itu, kumpulan sporofil pada tumbuhan
paku belum membentuk bunga. Sel kelamin (gamet) jantan terdapat dalam serbuk
sari dan gamet betina terdapat pada kantong embrio. Proses penggabungan sel
gamet jantan (sperma) dan sel gamet betina (sel telur) terjadi melalui buluh
serbuk sari. Oleh karena itu, Spermatophyta disebut juga EmbryophytaSiphonogama.
Tumbuhan
berbiji sudah dapat dibedakan secara jelas menjadi akar, batang, dan daun.
Tubuhnya bersifat multiseluler (tersusun oleh banyak sel) dengan ukuran
tubuhnya besar atau makroskopis dan mempunyai ketinggian bervariasi. Tumbuhan
berbiji memiliki jaringan pembuluh yang bervariasi dan terdiri dari floem,
berfungsi untuk mengangkut bahan makanan yang berasal dari daun ke seluruh
tubuh tanaman, serta xylem, berfungsi untuk mengangkut air dan mineral
dari dalam tanah.
Pada
umumnya, tumbuhan berbiji (kecuali tumbuhan parasit) bersifat autotrof atau
dapat mensintesis makanan sendiri melalui fotosintesis. Oleh karena itu,
tumbuhan berbiji merupakan organisme fotoautotrof. Sebagian besar
mempunyai tempat hidup (habitat) di darat (misalnya: mangga, rambutan,
dan jambu). Ada pula tumbuhan berbiji yang hidup mengapung di atas air
(misalnya: enceng gondok). Tumbuhan biji berkembangbiak secara aseksual maupun
secara seksual.
2. Klasifikasi Spermatophyta
Berdasarkan
ada tidaknya lapisan pelindung pada bakal biji, Divisi Spermatophyta dibedakan
menjadi 2 golongan, yaitu Sub divisi Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka)
dan Sub divisi Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup).
a. Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae)
Ciri
khas tumbuhan Gymnospermae (bahasa Yunani, gymnos = ‘telanjang’ dan sperma
= ‘benih’ atau ‘biji’) adalah tidak mempunyai pembungkus biji (ovarium).
Bakal bijinya terbuka dan terdapat pada permukaan daun buah (megasporofil).
Pada
umumnya berupa tumbuhan berkayu dengan bermacam-macam bentuk perawakan
(habitus). Tidak memiliki bunga yang sesungguhnya (bunga mereduksi menjadi
kantong serbuk sari dan bakal biji), sporofi l terpisah-pisah membentuk
strobilus jantan dan strobilus betina. Mempunyai sistem akar tunggang dan
batang tegak lurus atau bercabang- cabang. Akar dan batang berkambium, sehingga
selalu mengadakan pertumbuhan menebal sekunder. Strobilus atau kerucut
mengandung 2 daun buah (tempat menempel bakal biji), yaitu makrosporangium dan mikrosporangium
yang terpisah satu sama lain. Penyerbukan hampir selalu dengan bantuan angin (anemogami).
Serbuk sari langsung jatuh pada bakal biji, dengan jarak waktu penyerbukan
sampai pembuahannya relatif panjang. Sel kelamin jantan umumnya berupa
spermatozoid yang masih bergerak dengan aktif.
Anggota
Gymnospermae yang masih ada (hidup) sampai saat ini, digolongkan menjadi 4
kelas, yaitu Kelas Cycadinae, Kelas Ginkyoinae, Kelas Coniferae, dan Kelas
Gnetinae.
1) Kelas Cycadinae
Tumbuhan
annggota kelas ini tubuhnya berkayu, menyerupai palem, dan tidak atau sedikit
bercabang. Sporofi l tersusun dalam strobilus berumah dua (dalam satu strobilus
terdapat 1 alat kelamin). Strobilus jantan sangat besar, tersusun oleh sporofil-sporofil
berbentuk sisik, dan banyak mikrosporangium. Pada strobilus betina (megasporofil),
sporofil berupa sisik dengan 2 bakal biji.
Kelas
ini hanya mempunyai 1 bangsa, yaitu Cycadales dan 1 suku, yaitu Cycadaceae.
Contohnya adalah pakis haji (Cycas rumphii) dan Dioon sp. (hidup
di Amerika).
2) Kelas Ginkyoinae ( sering dieja: Ginkoinae)
Anggotanya
berupa pohon dioceus (berumah dua), mempunyai tunas panjang dan pendek,
daunnya bertangkai panjang membentuk kipas. Mikrosporofil (benang sari) tidak
banyak dan susunan makrosporofil tidak begitu terang, dengan dua bakal biji
pada tangkai yang panjang. Kulit luar pada bijinya berdaging dan kulit dalamnya
keras. Kelas ini terdiri atas bangsa Ginkyoales dan suku Ginkyoaceae. Contohnya
adalah Ginkyo biloba.
3) Kelas Coniferae
Ciri
utama anggota Coniferae adalah adanya tajuk berbentuk kerucut (Coniferae
berasal dari kata conus = ‘kerucut’ dan ferein = ‘mendukung’). Anggotanya
dapat berupa semak, perdu, atau pohon. Daun-daunnya berbentuk jarum, sehingga
sering disebut pohon jarum. Tumbuhan ini berumah dua, tetapi ada juga yang
berumah satu. Kelas Coniferae terdiri dari beberapa ordo, antara lain Ordo Araucariales,
Ordo Podocarpales, Ordo Cupressales, dan Ordo Pinales. Ordo-ordo tersebut
umumnya disusun oleh satu suku. Contoh anggota Ordo Araucariales adalah Agathis
alba (Araucariaceae), contoh anggota Ordo Podocarpales adalah
Podocapus imbricata (Podocarpaceae), dan contoh anggota Ordo
Pinales adalah Pinus silvetris, Abies nordmanniana, dan Pinus
merkusii (Pinaceae). Sedangkan OrdoCupressales terdiri atas
dua suku, yaitu Taxodiaceae (contohnya Sequoiagigantea) dan
Famili Cupressaceae (contohnya Juniperus communis).
4) Kelas Gnetinae
Ciri-ciri
Gnetinae adalah batang berkayu (dapat bercabang atau tidak), bunga berkelamin
tunggal, dan pembuahan terjadi melalui pembentukan buluh serbuk sari. Kelas ini
terdiri atas 3 ordo, yaitu Ordo Ephedrales, Ordo Gnetales, dan Ordo
Welwitschiales. Contoh anggota Ordo Ephedrales adalah Ephedra
altissima (Ephedraceae). Contoh anggota Ordo Gnetales adalah melinjo
(Gnetum gnemon) yang merupakan anggota suku Gnetaceae. Tumbuhan yang
banyak dibudidayakan ini umumnya memiliki stobilus jantan dan betina yang
terdapat dalam satu pohon (berumah satu). Sedangkan contoh anggota Ordo
Welwitschiales adalah Welwitschia bainesii (Welwitschiaceae).
b. Tumbuhan Berbiji Tertutup (Angiospermae)
Angiospermae
(bahasa Yunani, angieo = ‘botol’, sperma = ‘biji’). Berbeda
dengan Gymnospermae, tumbuhan anggota Angiospermae mempunyai biji yang dilindungi
oleh bakal buah. Anggotanya dapat berupa tumbuhan berkayu atau berbatang basah
(herba), mempunyai bentuk dan susunan bunga bermacam-macam. Mikrosporangia
terdapat pada mikrosporofi l yang disebut benang sari.
Berdasarkan
bagian-bagiannya, bunga Angiospermae dibedakan menjadi bunga lengkap dan tidak
lengkap. Bunga lengkap mempunyai perhiasan bunga yang lengkap, yaitu
kelopak dan mahkota. Bunga taklengkap tidak mempunyai salah satu
bagian perhiasan bunga (mahkota atau kelopak). Sementara itu, berdasarkan alat
kelaminnya, bunga Angiospermae dibedakan menjadi bunga sempurna dan bunga
taksempurna. Bunga sempurna mempunyai alat kelamin betina (putik) dan
alat kelamin jantan (benang sari), sedangkan bunga tak lengkap hanya mempunyai
satu alat kelamin (putik atau benang sari saja).
Anggota
Subdivisi Angiospermae dibedakan berdasarkan jumlah daun lembaganya (cotyledon)
menjadi dua kelas, yaitu monocotyledoneae dan dicotyledoneae.
1) Kelas Monocotyledoneae (Monokotil)
Ciri
umum tumbuhan monokotil adalah bijinya mempunyai satu daun lembaga yang
berfungsi untuk menyerap zat makanan dari endosperma pada saat biji
berkecambah. Ciri lainnya adalah bunganya memiliki bagian-bagian yang jumlahnya
berkelipatan 3. Daunnya tunggal dan mempunyai tulang daun sejajar atau
melengkung. Tumbuhan monokotil mempunyai sistem akar serabut. Sebagian besar
berbatang basah, tetapi beberapa anggota yang lain merupakan tumbuhan berkayu.
Batang tidak bercabang, mempunyai buku-buku dan ruas-ruas yang jelas. Batang
dan akar tumbuhan monokotil tidak berkambium, sehingga tidak mengalami
pertumbuhan sekunder.
Tumbuhan
monokotil dibedakan menjadi beberapa ordo. Contoh ordo yang memiliki anggota
yang hidup di air adalah Alismatales, yaitu Hydrilla verticillata. Ordo
lain dari tumbuhan monokotil adalah Bromeliales. Bromeliales terdiri
dari beberapa famili, antara lain Bromeliaceae [contohnya nanas (Ananas
sativus)], Commelinaceae (contohnya Rhoeo discolor), dan
Pontederiaceae [contohnya enceng gondok (Eichornia crassipes)]. Ordo
Liliales merupakan tumbuhan monokotil yang memiliki beberapa suku, antara
lain Liliaceae, Amaryllidaceae, dan Dioscoreaceae. Contoh Liliaceae adalah
bawang putih (Alliun sativum), bawang merah (Allium cepa), lidah
buaya (Aloe vera), dan tulip (Tulipa gesneriana).
Sedangkan Arecales
merupakan ordo yang beranggotakan beberapa jenis tanaman yang sering kita
jumpai di sekitar kita. Contohnya adalah Zalacca edulis atau salak dan Cocos
nucifera atau
kelapa. Keduanya merupakan anggota suku Arecaceae. Contoh lainnya adalah Colocasia
esculenta atau talas (Araceae).
Beberapa ordo
yang lain adalah Pandanales, Cyperales, Orchidales, Poales, dan Zingiberales.
Contoh anggota Ordo Pandanales adalah pandan wangi (Pandanus
amaryllifolius), contoh anggota Ordo Cyperales adalah rumput teki (Cyperusrotundus), dan contoh anggota Ordo Orchidales adalah anggrek
bulan (Phalaenopsis amabilis). Sedangkan contoh anggota Ordo Poales adalah
jagung (Zea mays) dan bambu duri (Bambusa spinosa), dan contoh
anggota Ordo Zingiberales adalah kunyit (Curcuma domestica) dan
jahe (Zingiber offi cinale).
2) Kelas Dycotiledoneae (Dikotil)
Tumbuhan
anggota kelas dikotil mempunyai ciri-ciri umum, terutama saat biji berkecambah,
biji mempunyai dua daun lembaga yang terbelah menjadi dua bagian. Ciri lainnya
adalah bagian-bagian bunga berkelipatan 2, 4, atau 5. Daunnya tunggal atau majemuk
dan mempunyai tulang daun menjari atau menyirip. Tumbuhan dikotil mempunyai
sistem akar tunggang, dapat berupa tumbuhan semak, herba, atau pohon. Batang
bercabang dengan buku-buku dan ruas-ruas tidak jelas. Batang dan akar tumbuhan
dikotil berkambium (di antara xilem dan floem), sehingga mengalami pertumbuhan sekunder
(tumbuh membesar).
Berdasarkan
susunan dan ada tidaknya perhiasan bunga (mahkota dan kelopak), kelas dikotil
dibedakan menjadi tiga subkelas, yaitu Subkelas Monoklamida, Subkelas
Dialypetala, dan Subkelas Sympetala.
Subkelas
Monoklamida (Monochlamydae atau Apetalae), merupakan golongan tumbuhan tanpa perhiasan bunga
atau tidak dapat dibedakan antara mahkota dan kelopaknya. Kalaupun ada,
perhiasan bunganya hanya satu macam, sehingga disebut Monochlamydae (mono
= ‘satu’ dan chlamidos = ‘mantel’ atau ‘selubung’). Pada umumnya,
perhiasan bunga yang ada adalah kelopak (sepala), sehingga disebut pula Apetalae
(a = ‘tidak’ dan petala = ‘daun mahkota’). Beberapa ordo anggota Monochlamidae adalah Urticales, Piperales,Polygonales, dan Caryophyllales. Contoh anggota Ordo
Urticales adalahnangka (Artocarpus
integra) dan beringin (Ficus benjamina). Keduanyamerupakan anggota suku Moraceae. Ordo Piperales,
contohnya adalahsuku Piperaceae, misalnya
lada (Piper nigrum) dan sirih (Piper betle). OrdoPolygonales hanya mempunyai 1 suku, yaitu Poligonaceae
dengan contohjenisnya adalah air mata
pengantin (Antigonon leptopus). Sedangkan contohanggota Ordo Caryophyllales (Centrospermae) adalah berbagai jenisbayam (Amaranthaceae) dan Mirabilis jalapa atau
bunga pukul empat(Nyctaginaceae).
Subkelas
Dialypetala (Dialypetalae),
merupakan golongan tumbuhan yang mempunyai bagian-bagian perhiasan bunga
(mahkota dan kelopak) terpisah satu sama lain. Pada umumnya menunjukkan
perhiasan bunga yang lengkap. Subkelas ini terdiri atas beberapa ordo, antara
lain Ordo Rosales, Ordo Malvales, Ordo Ranales, Ordo Parietales, Ordo Myrtales,
dan Ordo Rutales. Contoh anggota Ordo Rosales adalah bunga merak atau Caesalpinia
pulcherrima (famili Caesalpiniaceae) dan orok-orok (Crotalaria sp.)
dan kacang tanah atau Arachis hypogaea (famili Papilionaceae). Contoh
anggota Ordo Malvales adalah bunga sepatu atau Hibiscus rosa-sinensis
(famili Malvaceae), dan contoh Ordo Ranales(Polycarpicae) adalah
sirsak (Annona muricata) dan srikaya atau Annonasquamosa (famili
Annonaceae). Contoh lainnya adalah yang merupakan anggota Suku Magnoliaceae,
seperti cempaka putih (Michelia alba) dan cempaka kuning (Michelia
champaca). Markisa (Passifl ora foetida) adalah contoh anggota Ordo
Parietales, yaitu dari Suku Passifl oraceae. Sedangkan contoh Ordo
Myrtales adalah jambu biji (Psidium guajava), dan contoh anggota Ordo
Rutales adalah jeruk atau Citrus sp. (famili Rutaceae).
Subkelas
Simpetala (Sympetalae),
merupakan golongan tumbuhan berbunga lengkap dan mempunyai bagian-bagian
perhiasan bunga (mahkota dan kelopak) saling berlekatan satu sama lain.
Subkelas ini terdiri atas beberapa ordo, misalnya Ordo Apocynales, Ordo
Asterales, Ordo Cucurbitales, Ordo Ebenales, Ordo Rubiales, dan Ordo Solanes.Allamanda cathartica (Apocynaceae), Catharanthus roseus dan
melati atau Jasminum sambac (famili Oleaceae) adalah contoh anggota Ordo
Apocynales. Contoh anggota Ordo Asterales adalah bunga matahari (Helianthusannus) dan kenikir atau Cosmos caudatus (famili Asteraceae).
Semangka (Citrullus vulgaris) adalah contoh anggota Ordo Cucurbitales
dan sawo bludru (Chrysophyllum cainito) adalah contoh anggota Ordo
Ebenales. Contoh anggota Ordo Rubiales adalah Ixora paludosa atau
bunga soka (Rubiaceae). Sedangkan contoh anggota Ordo Solanes adalah
kentang (Solanum tuberrosum), terong (Solanum melongena), tomat (Solanumlycopersicum), kecubung (Datura metel), dan cabe (Capsicum sp.),
yang berasal dari Suku Solanaceae. Contoh lainnya adalah jati atau Tectonagrandis (famili Verbenaceae) dan leng-lengan atau Leucas
lavandulifolia (famili Labiateae).
3. Reproduksi Spermatophyta
Berbeda
dengan tumbuhan paku dan lumut, tumbuhan berbiji berkembang biak dengan
bijinya. Biji terbentuk setelah terjadi pembuahan atau reproduksi secara
generatif, melalui sel-sel kelaminnya.
a. Gymnospermae
Reproduksi
aseksual pada Gymnospermae lebih jarang terjadi dibandingkan reproduksi secara
seksual. Berikut ini, kalian akan mempelajari contoh perkembangbiakan seksual
pada pinus (Pinus merkusii). Pinus
memiliki daur hidup yang khas. Pembuahan sel telurnyaterjadi di dalam jaringan sporofit induknya.
Seperti Gymnospermae pada umumnya, pinus mempunyai tajuk berbentuk kerucut
(strobilus). Strobilus tersebut merupakan tempat sporangium (mikrosporangium dan
makrosporangium) yang menghasilkan mikrospora dan makrospora.
Pada reproduksi
seksual, mikrospora (gamet jantan) membelah menghasilkan serbuk sari (bersel 4)
yang akan dilepaskan ke udara. Sementara itu, sel telur yang berasal dari
pembelahan megaspora juga terbentuk pada strobilus betina. Setelah serbuk sari
menempel pada strobilus betina maka terjadi perkecambahan serbuk sari.
Serbuk sari membentuk buluh atau tabung serbuk sari yang tipis, dengan membawa
inti sperma menuju sel telur (dapat memakan waktu 1 tahun). Selanjutnya, inti
sperma bersatu dan melebur dengan sel telur membentuk zigot. Zigot berkembang
menjadi embrio dengan mengambil makanan dari endosperm. Pada saat itu, biji
membentuk struktur tambahan berupa sayap tipis. Satu tahun kemudian, kerucut
betina melepaskan bijinya satu persatu. Biji-biji yang bersayap tersebut
menyebar ke tempat-tempat lain (terbang) dengan bantuan angin. Jika biji sampai
pada tempat yang sesuai maka terjadi perkecambahan biji, sehingga akan
terbentuk tumbuhan yang baru.
b. Angiospermae
Tumbuhan
Angisopermae dapat berkembang biak secara seksual maupun secara aseksual.
Karena banyak dimanfaatkan oleh manusia, maka jenis-jenis tumbuhan tersebut
banyak dikembangkan secara aseksual oleh manusia. Secara alami, beberapa
tumbuhan sebenarnya dapat melakukan reproduksi aseksual dengan berbagai cara
seperti dengan tunas maupun secara merunduk. Oleh manusia, reproduksi secara
aseksual tersebut dilakukan dengan menggunakan organ vegetatif, seperti akar
dan batang sehingga disebut reproduksi aseksual buatan.
Organ-organ
vegetatif tumbuhan (akar, batang, dan daun) dapat ditumbuhkan menjadi tumbuhan
baru dengan beberapa cara. Stek merupakan salah satu cara
perkembangbiakan yang banyak dilakukan oleh manusia. Teknik ini dilakukan
dengan mengambil atau memotong bagian tubuh tumbuhan seperti akar, batang, dan
daun. Contohnya adalah pada tanaman ketela pohon, yaitu dengan stek batang.
Jika batang tersebut dipotong menjadi beberapa bagian kemudian ditanam, maka
masing-masing bagian tersebut akan tumbuh menjadi tanaman ketela pohon yang
baru.
Selain
dikembangbiakkan dengan stek, tumbuhan Angiospermae juga dicangkok. Cangkok dilakukan
dengan menghilangkan bagian tertentu kulit batang dan getah tumbuhannya, kemudian
ditutup dengan lumut atau serat kelapa. Setelah bagian yang dicangkok tersebut
mampu membentuk akar, bagian cangkokan tersebut dapat dipotong dan ditanam.
Stek dan cangkok merupakan cara perkembangbiakan vegetatif tradisional. Secara
modern, perbanyakan tumbuhan juga dilakukan melalui teknik rekayasa genetika,
misalnya melalui kultur jaringan dan fusi protoplas.
Selain secara
vegetatif, tumbuhan Angiospermae secara alami berkembang biak secara seksual.
Reproduksi secara seksual pada spermatophyta adalah dengan membentuk biji, yang
dihasilkan dari organ reproduksi yaitu bunga. Reproduksi seksual pada Spermatophyta dimulai
dengan penyerbukan atau polinasi. Polinasi merupakan proses menempelnya
serbuk sari (stamen) pada kepala putik (stigma). Proses tersebut
dapat terjadi dengan bantuan angin, air, atau hewan-hewan penyerbuk
(polinator). Contoh hewan polinator adalah lebah, kupu-kupu, burung kolibri, kelelawar,
dan lain-lain.
Karena proses perkawinannya
yang jelas, yaitu didahului dengan polinasi, maka sebelum terjadi penyerbukan (polinasi),
kepala sari yang telah masak akan membuka. Selanjutnya, serbuk sari yang
terdapat pada kepala sari tersebut akan keluar atau jatuh dan menempel pada
kepala putik. Bagian yang berperan dalam fertilisasi adalah putik (stigma)
dan benang sari (stamen). Putik terdiri dari 3 bagian, yaitu kepala
putik, tangkai putik, dan ovulum. Sementara itu, benang sari terdiri dari
kepala sari dan tangkai sari.
Di dalam
ovulum, terdapat megasporofit yang membelah menjadi empat megaspora. Satu
megaspora yang hidup membelah tiga kali berturut- turut. Hasilnya berupa sebuah
sel besar, disebut kandung lembagamuda yang mengandung delapan
inti. Di ujung ovulum terdapat sebuah lubang (mikropil), sebagai tempat
masuknya saluran serbuk sari ke dalam kandung lembaga. Selanjutnya, tiga dari
delapan inti tadi menempatkan diri di dekat mikropil. Dua dari tiga inti disebut
sel sinergid.
Sementara itu,
inti yang ketiga disebut sel telur. Tiga buah inti lainnya (antipoda)
bergerak ke arah kutub yang berlawanan dengan mikropil (kutub kalaza).
Sisanya, dua inti yang disebut inti kutub, bersatu di tengah kandung
lembaga dan terjadilah sebuah inti diploid (2n). Inti ini disebut inti
kandung lembaga sekunder. Inti kandung lembaga yang
telah masak, disebut megagametofit dan siap untuk dibuahi. Serbuk
sari yang jatuh pada kepala putik yang sesuai, akan berkecambah atau
memunculkan suatu saluran kecil (buluh serbuk sari).
Buluh serbuk
sari semakin tumbuh memanjang di dalam tangkai putik (stilus). Selama
perjalanan buluh menuju ovulum, inti serbuk sari membelah menjadi inti
vegetatif dan inti generatif. Inti vegetatif berfungsi sebagai penunjuk arah
inti generatif dan akan melebur sebelum sampai ke bakal biji (ovulum).
Inti generatif membelah menjadi dua inti sperma yang akan menembus ovarium
(bakal buah) dan sampai ke ovulum (bakal biji).
Di dalam ovulum,
inti serbuk sari (inti sperma) bertemu dengan inti sel telur, sehingga terjadi
peleburan antara kedua inti tersebut. Proses peleburan kedua inti ini, disebut pembuahan
atau fertilisasi. Inti sperma yang satu akan membuahi inti sel telur
membentuk zigot, sedangkan inti sperma lainnya membuahi inti kandung lembaga
sekunder membentuk endosperma. Peristiwa pembuahan ini disebut pembuahan
ganda.
Pada
perkembangan selanjutnya, bakal biji akan tumbuh menjadi biji dan bakal buah
akan menjadi buah yang membungkus biji (pada beberapa spesies tumbuhan). Jika
biji ditumbuhkan di tempat yang sesuai, biji akan berkecambah dan akan
membentuk tumbuhan yang baru.
Bersama lumut,
tumbuhan paku merupakan tumbuhan tingkat rendah. Meskipun ciri dan struktur tubuh tumbuhan paku
amat berbeda dengan lumut, yaitu sudah mempunyai cormus,
tetapi tumbuhan paku belum menghasilkan biji.Tubuhnya
memang sudah dapat dibedakan menjadi akar, batang, dandaun sejati dan juga sudah memiliki pembuluh pengangkut
(termasuktumbuhan vaskuler), tumbuhan paku
masih membentuk spora sebagaialat
perkembangbiakan yang utama. Karenanya tumbuhsn paku disebutkormofita berspora atau
tumbuhan vaskuler tak berbiji. Tumbuhanpaku
juga mempunyai gametangium yang letaknya tersembunyi,sehingga termasuk kelompok vasculer Cryptomagae.
Golongan
vascular Cryptogamae menurut sistem klasifikasi lama termasuk dalam Divisi
Pterydophyta. Divisi ini merupakan Cormophyta bersama dengan tumbuhan
berbiji dan tubuhnya yang berupa kormus sudah merupakan sporofit. Ini berbeda
dengan tumbuhan lumut yang tubuhnya masih berupa talus (atau peralihan dari
talus ke kormus) dan merupakan gametofit. Sebagai tumbuhan tingkat rendah,
tumbuhan paku sudah lebih maju daripada tumbuhan lumut karena sudah mempunyai sistem
pembuluh yang terdiri dari xilem dan floem, sporofit hidup bebas dan berumur
panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuhan
heterospor. Sebaliknya, sebagai golongan kormofita, tumbuhan paku lebih
rendah perkembangannya daripada tumbuhan berbiji (Spermatophyta) karena untuk
melakukan pembuahan sel kelamin jantan dapat mencapai sel kelamin betina tanpa
harus melalui siphon (buluh serbuk sari). Karenanya, tumbuhan paku dan lumut
termasuk golongan Embryophyta Asiponogama. Selain itu, tumbuhan paku tidak
membentuk biji dan gametofit betina tidak menempel pada sporofit serta dalam
perkembangan embrio sporofit tidak ada masa istirahat.
1. Ciri-Ciri Tumbuhan Paku
Apabila
kita membicarakan ciri tubuh tumbuhan paku, tentu akan dipelajari ukuran,
bentuk, struktur dan fungsi tubuhnya. Ukuran tubuh tumbuhan paku amat
bervariasi, tingginya antara 2 cm hingga 5 m. Bentuknya pun amat beragam. Ada
yang berbentuk lembaran, perdu, pohon, dan ada yang seperti tanduk rusa.
Struktur tubuhnya jelas mempunyai kormus (bisa dibedakan antara akar,
batang, dan daunnya). Namun demikian, tumbuhan ini tidak menghasilkan biji.
Karena itu, alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama yakni melalui spora.
Akar
tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh ke samping dari batang.
Batangnya bercabang-cabang menggarpu (dikotom), atau jika membentuk
cabang-cabang ke samping, cabang-cabang baru tersebut tidak pernah keluar dari
ketiak daun. Pada batang terdapat banyak daun yang dapat tumbuh terus sampai
lama.Umumnya daun masih lebih primitif daripada daun tumbuhan tingkat tinggi
sehingga disebut mikrofil.
Di
dalam akar, batang, dan daun telah terdapat jaringan pengangkut yang
tersusun atas bagian floem dan xilem yang belum terdapat pada tumbuhan lumut.
Berkas-berkas pengangkut ini umumnya tersusun konsentris amfikribal (xilem
di tengah dikelilingi oleh floem) dan di dalam batang sering terdapat lebih
dari satu berkas pengangkut. Adanya berkas pengangkut menambah kekuatan untuk
mendukung tunas-tunas, sehingga tumbuhan paku berkembang menjadi tumbuhan darat
dengan cabang-cabang, bahkan telah membentuk pohon seperti yang dikenal dengan
paku tiang, contohnya adalah Cyathea sp.
Daun
tumbuhan paku terdiri atas dua macam. Daun yang berukuran kecil dan bersisik
yang disebut mikrofil. Sementara, daun yang berukuran besar, dinamakan makrofil.
Inilah karakteristik dari tumbuhan paku. Daun merupakan tempat pembentukan sporangium
dan spora. Sporangium tersebut kadang-kadang juga terbentuk dalam
ketiak daun, dan hanya pada beberapa paku dengan tingkat perkembangan yang
rendah sporangium langsung terbentuk pada ujung tunas. Kumpulan sporangium pada
daun disebut sorus, dan daun tersebut disebut sporofil. Daun
selain sporofil adalah daun yang berfungsi untuk fotosintesis dan disebut daun tropofil.
Sporofil seringkali terkumpul menjadi organ khusus yang terletak di ujung
batang atau cabang, disebut strobilus.
2. Siklus Hidup Tumbuhan Paku
Seperti
pada tumbuhan lumut, pada tumbuhan paku juga terjadi siklus hidup atau
pergiliran dua keturunan, yaitu keturunan gametofit dan sporofit. Gametofit pada tumbuhan paku dinamakan protalium
atau protalus.
Protalium ini
hanya berumur beberapa minggu. Bentuk protalium ini seperti jantung, warnanya
hijau, dan melekat pada tempat tumbuhnya dengan rizoid. Pada protalium ini
terdapat anteridium dan arkegonium yang masing-masing merupakan penghasil sel
jantan dan sel betina yang dalam perkembangan selanjutnya akan bertemu dan
melebur menghasilkan zigot. Zigot kemudian tumbuh menjadi tumbuhan paku.
Tumbuhan paku inilah yang merupakan keturunan yang diploid, yaitu sporofit. Jadi di dalam siklus hidup tumbuhan paku sporofit
adalahgenerasi yang dominan. Selanjutnya,
pada keturunan sporofit, tumbuhanpaku akan
menghasilkan spora. Dan kemudian spora tersebut akantumbuh menjadi protalium, demikian seterusnya siklus hidup
berlanjut.
Sebagian
besar paku adalah homospora, yang berarti menghasilkan satu jenis spora
yang sama besar. Pada jenis paku lain ditemukan tipe heterospor, yaitu
jenis paku yang menghasilkan dua macam spora yang ukurannya tidak sama.
Terdapat pula tumbuhan paku yang menghasilkan spora yang bentuk luarnya sama,
tetapi berbeda jenis kelaminnya. Tumbuhan ini dinamakan paku peralihan, yaituantara homospor dan heterospor.
3. Klasifikasi Tumbuhan Paku
Di
dalam Dunia Tumbuhan, tumbuhan paku dikelompokkan ke dalam 4 disvisi yaitu Divisi
Psilophyta atau paku purba, Divisi Lycophyta(Lepidophyta) atau
paku kawat, Divisi Arthrophyta atau paku ekor kuda, dan Divisi
Filicophyta atau paku sejati. Tiga divisi pertama adalah tumbuhan paku
dengan daun berupa mikrofil, sedangkan divisi yang ke empat adalah paku dengan
daun berupa makrofil.
a. Paku Purba (Psilopyta)
Divisi
Psilophyta disebut juga paku purba. Sesuai dengan namanya, tumbuhan paku
ini sudah banyak yang punah. Jenis tumbuhan ini, yang masih ada hanya sedikit
saja. Diperkirakan hanya tinggal 10 – 13 species yang berasal dari 2 genus.
Paku purba merupakan paku telanjang yang tidak berdaun. Kalau pun ada,
paku purba hanya mempunyai daun-daun kecil (mikrofil) yang belum terdeferensi.
Oleh karenanya, fotosintesis berada di batang yang mengandung klorofil. Paku
purba juga ada yang belum punya akar.
Dengan
demikian, paku purba ini tidak mempunyai jaringan pengangkut. Tentunya, paku ini
akan memiliki rizoid untuk mengangkut air dan mineral. Tumbuhan paku ini juga
mempunyai sifat homospora, dan banyak hidup di daerah tropis dan subtropis.
Contoh paku kuda adalah Rhynia sp, yang merupakan paku purba berdaun dan
Psilotum nudum yang merupakan paku purba tidak berdaun.
b. Paku Kawat (Lycophyta)
Divisi
Lycophyta atau Lepidophyta meliputi golongan yang sudah punah maupun yang
sekarang masih ada. Anggota divisi ini biasa dinamakan paku kawat karena
mempunyai batang dan akar yang bercabang menggarpu. Struktur tubuhnya cukup
lengkap, yang mempunyai akar, batang dan daun sejati. Daunnya kecil-kecil
(mikrofil), tidak bertangkai dan bertulang daun satu. Sporangium terdapat pada
ketiak daun, biasanya sporofil terkumpul di ujung batang atau cabang dan
membentuk bangunan seperti kerucut, disebut strobilus. Bentuk ini
menyerupai konus pada pohon pinus, sehingga banyak orang yang menyebut paku kawat
itu sama saja pinus tanah.
Berdasarkan ada
tidaknya ligula (lidah-lidah pada daun), divisi ini dibagi menjadi dua kelas
yaitu Kelas Eligulopsida dan Kelas Ligulopsida. Kelas
Eligulopsida merupakan paku kawat yang tidak memiliki ligula, contohnya Lycopodium
sp. Sedangkan Ligulopsida merupakan paku kawat yang memiliki ligula,
contohnya paku rane (Selaginella sp.).
c. Paku Ekor Kuda (Divisi Arthrophyta)
Divisi
Arthrophyta memiliki tubuh yang cabangnya berkarang dan jelas kelihatan berbuku-buku
dan beruas-ruas. Lapisan luar (epidermisnya), mengandung silika sehingga
terlihat berpasir. Orang banyak menggunakan batang ekor kuda untuk menggosok
pot ataupun kuali, sebelum ditemukan alat penggosok dari baja. Oleh karenanya, tumbuhan
ini disebut juga dengan tumbuhan penggosok.
Daun-daun kecil
seperti selaput dan tersusun berkarang. Sporofil selalu berbeda dengan daun
biasa, biasanya berbentuk perisai dengan sejumlah sporangium pada sisi
bawahnya. Sporofil tersebut merupakan badan berbentuk gada atau kerucut pada
ujung batang atau cabang yang juga disebut sebagai strobilus. Akarnya
sangat kecil dan halus, terdapat pada buku-buku dari rhizoma atau pada pangkal
batang. Beberapa jenisnya ada yang memiliki semacam umbi untuk menghadapi masa
yang buruk.
Paku ekor kuda
merupakan tumbuhan dengan genus tunggal, yaitu Equisetum. Genus ini
hanya memuat kira-kira 25 spesies, sebagian hidup di darat dan sebagian hidup
di rawa-rawa. Contohnya adalah paku ekor kuda (Equisetum debile).
d. Paku sejati (Filicophyta)
Paku sejati
juga termasuk tumbuhan yang memiliki struktur tubuh lengkap. Paku sejati sudah
mempunyai akar, batang, dan daun yang sejati. Batangnya ada yang tertanam di
dalam tanah membenruk rihzoma. Daunnya berupa makrofil dan bentuknya
bermacam-macam, bertangkai, dan tulangnya bercabang-cabang. Saat masih muda,
daunnya akan tergulung pada ujungnya. Sementara, sisi bawahnya banyak terdapat
sporangium.
Contoh tanaman
paku sejati adalah paku tanduk rusa (Plathycerium coronarium), paku sarang
burung (Asplenium nidus), paku suplir(Adiantum sp.), paku
sawah (Azolla pinnata), dan semanggi (Marsillea crenata).
Tumbuhan lumut
adalah tumbuhan pertama yang beradaptasi dengan lingkungan darat, menyesuaikan
diri dengan lingkungan darat yang lembab dan basah. Karena merupakan peralihan
dari habitat air ke habitat darat, maka tumbuhan lumut disebut pula tumbuhan
amfibi (amphibious plant). Tumbuhan ini tergolong kelompok Cryptogamae,
yaitu kelompok tumbuhan yang alat perkawinannya tersembunyi. Tingkat
perkembangan lumut lebih maju dari kerabat dekatnya, yaitu alga. Hal tersebut
disebabkan oleh sifat hidupnya yang sebagian besar sudah berada di darat.
Selain itu, pada lumut yang berhabitus seperti tumbuhan tingkat tinggi,
dalam batangnya sudah ada sekelompok sel-sel memanjang sebagai buluh
pengangkut. Lumut juga sudah memiliki rizoid (struktur menyerupai
akar pada tumbuhan tingkat tinggi) sebagai alat penyerap dan pelekat.
1. Ciri-Ciri Tumbuhan Lumut
Lumut
memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan tumbuhan lain. Lumut
merupakan tumbuhan dengan ukuran relatif kecil, tingginya 2 sampai 50 cm.
Tubuhnya tidak memiliki akar, batang, dan daun yang sebenarnya, tetapi
mempunyai bagian yang menyerupai akar (rizoid), batang, dan daun. Pada beberapa
jenis lumut hati atau lumut tanduk tubuhnya masih berupa talus (lembaran).
Rizoid adalah struktur menyerupai rambut atau benang-benang yang berfungsi
untuk melekatkan tubuh pada tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam-garam
mineral. Rizoid ini terdiri dari satu deret sel yang memanjang, terkadang
dengan sekat yang tidak sempurna. Batang dan daun lumut belum memiliki floem
maupun xylem. Sel-sel penyusun tubuhnya memiliki dinding sel yang terdiri
dari selulose.
Lumut
tidak memiliki sistem pembuluh pengangkut yang khusus untuk mengangkut air dan
mineral organik, sehingga proses pendistribusian air berjalan lambat yaitu
secara difusi. Daun lumut umumnya disusun oleh sel-sel setebal 1 lapis, kecuali
ibu tulang daun, yang mempunyai lebih dari 1 sel. Sel-selnya sempit, panjang,
kecil, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala.
Tubuh
tumbuhan lumut dengan berbagai struktur umum tersebut adalah gametofit. Setelah
dewasa, lumut akan membentuk sporofit. Sporofit adalah struktur tubuh
lumut yang terdiri atas bagian-bagian tertentu, yaitu vaginula, kaliptra, dan
kolumela. Vaginula adalah bagian sporofit yang terdiri dari kaki yang
diselubungi sisa dinding arkegonium, seta (tangkai), dan apofisis yaitu ujung seta
yang agak melebar, yang merupakan peralihan antara seta dengan kotak spora
(sporangium). Kaliptra adalah tudung yang berasal dari dinding
arkegonium sebelah atas menjadi tudung kotak spora. Sedangkan kolumela adalah
jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan spora. Sporofit tumbuhan
lumut tumbuh menumpang pada gametofit yang hijau menyerupai daun. Sporofit ini memiliki
klorofil, sehingga dapat berfotosintesis.
Namun,
tumbuhan lumut juga bisa mendapatkan makanan dari gametofit tempatnya melekat. Habitat
lumut adalah tempat-tempat yang memiliki kelembaban yang tinggi. Di lingkungan
sekitar, kita bisa melihat berbagai jenis lumut yang menempel pada bebatuan,
tembok, sumur, dan permukaan batu bata. Selain itu, tumbuhan lumut banyak
dijumpai di hutan yang lebat, di atas tanah atau di atas batu. Tumbuhan lumut
juga hidup pada kayu-kayu yang lapuk atau menempel pada kulit pohon sebagai epifit.
Di daerah pegunungan ditemui suatu wilayah yang banyak didominasi oleh lumut,
sehingga disebut hutan lumut. Hutan hujan tropis kita merupakan salah
satu ekosistem yang kaya akan berbagai jenis lumut. Berbagai jenis lumut juga
ditemukan di daerah dengan iklim yang ekstrim. Ada lumut yang hidup di daerah kering
atau gurun, di dalam lumpur, dan aliran sungai. Lumut juga dapat dijumpai di
daerah kutub utara (Arktik) dan di daerah kutub selatan (Antartika).
2. Siklus Hidup Tumbuhan Lumut
Siklus
hidup lumut berbeda dengan siklus hidup tumbuhan yang lain karena siklus hidup lumut
didominasi oleh gametofit. Gametofit menghasilkan organ kelamin jantan
atau anteredium dan organ kelamin betina atau arkegonium. Apabila
anteredium dan arkegonium dihasilkan oleh satu gametofit (satu individu lumut),
maka jenis tersebut disebut lumut berumah satu atau homotalus, sedangkan
apabila keduanya dihasilkan oleh gametofit yang berbeda maka jenis tersebut
disebut lumut berumah dua atau heterotalus.
Dalam
pembahasan ini kita akan menggunakan contoh siklus hidup pada lumut daun.
Sebagian besar spesies lumut daun bersifat heterotalus. Gametofit jantan
membentuk anteredium dan gametofit betina membentuk arkegonium. Sperma dari
anteredium dengan
perantaraan air berenang menuju sel telur di dalam arkegoniumkemudian terjadi pembuahan yang menghasilkan zigot.
Zigot yangbersifat diploid kemudian akan
mengalami mitosis dan bekembangmenjadi
sporofit embrionik di dalam arkegonium. Pada ujung batangsporofit yang memanjang terdapat sporangium, yaitu
kapsul tempatspora haploid berkembang. Sporangium
juga berfungsi sebagai tempatterjadinya
pembelahan mitosis. Setelah masak, kapsul spora pecah danspora terpencar keluar. Spora-spora tersebut
apabila menemukan tempatyang memiliki
kelembaban yang sesuai akan berkecambah membentukprotonemata
(jamak dari protonema) kecil yang berwarna hijau.Protonemata
haploid tersebut terus tumbuh dan berdiferensiasi sehinggamembentuk gametofit. Gametofit dewasa akan
membentuk gametgametyang akan berkembang dan
kembali menjalani siklus serupa.
Perkawinan
antara gamet jantan dan gamet betina membentukspora
merupakan perkembangbiakan secara seksual (generatif). Selainmelalui perkembangbiakan generatif, lumut juga
berkembang biaksecara vegetatif. Bagian
gametofit lumut yang patah dan terbawa anginatau
burung yang mencari bahan sarang bisa tumbuh apabila jatuh ditempat-tempat yang lembab.
Beberapa jenis
lumut juga sangat mudahmembentuk tunas-tunas
atau gemma. Gemma merupakan tubuhbersel
satu atau banyak. Seringkali, menguncup dari jaringan generatifkhusus pada batang, daun, rizoid, atau protenema.
Gemma dapat secara efektif memberikan persebaran
dalam waktu singkat. Contohnya terdapat pada Calymperes tenerum dan Marchantia
polymorpha. Jenis yang pertama tersebut adalah anggota lumut daun yang
mempunyai gemifereous leaf pada bagian ujung daunnya, sedangkan jenis
yang satunya merupakan lumut hati yang mempunyai gemma cup pada permukaan
talusnya.
3. Klasifikasi Tumbuhan Lumut
Di
dalam Dunia Tumbuhan, lumut dikelompokkan ke dalam Divisi Bryophyta.
Kata Bryophyta berasal daridari bahasa Yunani, yaitu bryon (lumut)dan phyton (tumbuhan). Dari divisi tersebut, berdasarkan bentuk
gametofit dan sporofitnya, dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Kelas Bryopsida ataulumut daun, Kelas Hepaticopsida atau lumut hati, dan Kelas
Anthocerotopsida atau lumut tanduk.
a. Lumut Daun (Bryopsida)
Lumut
daun merupakan tumbuhan lumut yang paling terkenal. Hamparan lumut daun terdiri
dari satu tumbuhan lumut daun yang tumbuh dalam kelompok yang padat, sehingga
satu sama lainnya bisa saling menyokong dan menguatkan. Hamparan ini memiliki
sifat seperti karet busa yang bisa menyerap dan menahan air. Contoh lumut daun
adalah Sphagnum sp. (lumut gambut), Bryum sp. (hidup di tembok atau
batuan yang lembab), dan Aerobrysis longissima (hidup sebagai epifit di
hutan).
Tubuh
lumut daun bisa dibedakan menjadi rizoid, batang, dan daun. Rizoid merupakan
deretan sel yang memanjang atau filamen seluler, menyerupai akar pada tumbuhan
tingkat tinggi. Melalui rizoid ini, lumut daun dapat melekat pada benda tempat
hidupnya, misalnya saja pohon, dinding, atau bebatuan. Sementara, fotosintesis
banyak terjadi pada bagian atas rizoid yang menyerupai batang atau daun. Namun perlu
diingat, bahwa bentuk batang, daun, maupun akar (rizoid) lumut daun tidak sama persis
strukturnya dengan tumbuhan vaskuler.
b. Lumut Hati (Hepaticopsida)
Lumut
hati merupakan lumut yang kurang menyolok penampilannya bila dibandingkan
dengan lumut daun. Tubuh masih berupa lembaran (talus) yang terbagi atas
beberapa lobus. Bentuknya akan mengingatkan pada lobus hati pada hewan.
Karena itu, lumut ini dinamakan lumut hati. Contoh lumut hati adalah Marchantia
polymorpha dan Porella sp. Siklus
hidup lumut hati sangat mirip dengan siklus hidup lumut daun, yakni pembiakan
secara seksual dan aseksual. Di dalam sporangia, beberapa lumut hati mempunyai
sel berbentuk kumparan, disebut elatera, yang muncul dari kapsul.
Elatera ini akan terlepas ketika kapsul terbuka, sehingga spora akan terpancar
keluar dari kapsul. Selain itu, lumut hati juga dapat berkembangbiak secara
aseksual (vegetatif ).
Sel yang
berperan adalah berkas-berkas sel kecil yang disebut dengan gemma. Oleh tetesan
air hujan, gamme ini dapat terpelanting keluar dari mangkuk (talus) yang ada
pada permukaan gametofit. Akibatnya, jika gemma jatuh di tempat yang cocok,
gemma tersebut akan membentuk individu baru.
c. Lumut Tanduk (Anthocerotopsida)
Lumut tanduk
mempunyai kemiripan dengan lumut hati, yakni pada gametofitnya. Bedanya, lumut
tanduk memiliki sporofit yang berupa kapsul yang memanjang dan tumbuh seperti
tanduk dari hamparan gametofit. Contoh lumut tanduk adalah Anthoceros laevis
dan Notothylus indica.